Muallimin Online,
Pada Rabu (05/07) siswa Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum mengikuti seleksi untuk menjadi wakil Jombang dalam Madrasah Fest 2023 di Aula kantor Kemenag RI Jombang. Dalam kesempatan tersebut, ada 3 orang siswa putri yang mewakili Madrasah dalam lomba debat tingkat Madrasah Aliyah. Lomba lain yang diikuti adalah membaca kitab kuning.
Ada pembicaraan yang dianggap aneh bagi orang-orang yang memenuhi ruang aula yang terdiri dari pimpinan dan pegawai Kemenag, guru-guru pendamping dari beberapa madrasah dan siswa-siswa yang menjadi peserta. Sesaat sebelum debat dimulai, antara grup Muallimin Muallimat Tambakberas dengan grup salah satu MA Negeri Jombang, semua peserta memperkenalkan diri.
Dalam sesi perkenalan inilah ada pembicaraan yang dianggap aneh bagi semua orang yang memenuhi aula, dimana siswa Muallimin Muallimat saat memperkenalkan diri menyebutkan "kelas 5" dan "kelas 6".
"Saya Maia Magda Salimah dari Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas kelas 6", kata Magda salah satu peserta.
"Saya Nuriyah dari Madrasah Muallimin Muallimat kelas 5", kata Nuriyah peserta lainnya.
Bagi sebagian besar orang, terutama yang saat itu ada di aula Kemenag Jombang, penyebutan kelas 5 dan kelas 6 mungkin aneh dan asing. Karena memang di sekolah atau madrasah tingkat atas atau aliyah pada umumnya saat ini menggunakan kelas 10, 11 dan 12. Makanya saat disebutkan kelas 5 dan 6, mereka berfikir ini sekolah apa? Kok seperti SD atau MI.
Seperti yang telah diketahui, Madrasah Muallimin Muallimat sebagai kelanjutan dari Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum, menggunakan stratifikasi kelas mulai kelas 1 sampai kelas 6. Kelas 1 sampai kelas 3 secara formal mengikuti kelas tingkat MTs dan, kelas 4 sampai kelas 6 mengikuti tingkat MA. Siswa kelas 3 mengikuti terdaftar sebagai kelas 9 MTs dan siswa kelas 6 terdaftar secara formal sebagai siswa kelas 12 MA.
Penyebutan stratifiaksi kelas di Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas memiliki sejarah yang cukup panjang, sejak tahin 1950-an, dimana Madrasah Muallimin Muallimat sejak saat itu mengikuti kurikulum sekolah guru agama yang didirikan pemerintah ditempuh selama 6 tahun. Kurikulum pelajaran umum mengikuti dari negara, sementara pelajaran agama diambil dari kitab-kitab kuning salaf. (ma)