Muallimin Online,
Sementara itu, dalam paparanya di depan peserta Pertemuan Wali Murid (Perwalim) 2019 Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum, Sabtu (27/07), Wakil Kepala Madrasah, KH Abdul Rokhim Maruf, menyampaikan segala hal tentang Madrasah. "Di Madrasah ini sistem belajarnya dengan cara memberikan makna kitab kuning dengan Bahasa Jawa," katanya membuka paparan.
Bagaimana dengan siswa yang berasal dari luar Jawa? "Saat ini ada siswa dari wilayah Timur Indonesia, tetap diupayakan menggunakan makna Jawa, tetapi dengan pengantar Bahasa Indonesia. Menulisnya juga dengan Arab Pego tidak boleh dengan tulisan Latin. Bagaimana dengan yang belum bisa? Sementara ini ada pendampingan khusus kepada siswa yang belum mampu, sehingga bisa mengikuti,. Namun bagi siswa yang betul-betul tidak mampu, sehingga berkali-kali tidak naik, kami menyarankan untuk pindah sekolah. Mengingat umur ijazah yang bersangkutan. Itupun terkadang ada yang tidak mau, pokoknya maunya sekolah di sini," terangnya.
Lebih lanjut, Pak Rokhim menyampaikan tentang Program Khusus Kelas A. "Secara umum, Kelas 1A disiapkan untuk masuk ke kelas 1B, dan Kelas 2A dan kelas 3A disiapkan untuk masuk kelas 4 reguler. Terkadang ada yang bingung dengan Madrasah ini, sekolah menengah kok sampai 6 tahun. Ini butuh penjelasan memang," lanjutnya.
Berapa lama sekolah di Muallimin Muallimat sebenarnya? Menjawab pertanyaan tersebut, Pak Rokhim menyampaikan bahwa, tidak mesti, tergantung siawanya. Jika siswa tersebut bisa naik kelas terus, mulai kelas 1A berarti dia akan sekolah selama 7 tahun. Tapi jika tidak naik terus maka bisa sampai 14 tahun. Namun selama ini, ada siswa yang diterima kelas 1A, ada di kelas 1B, ada di kelas 2A, 3A dan bahkan ada yang diterima di kelas 4. Calon siswa yang bisa mengikuti tes masuk dan sudah menguasai Ilmu Balaghoh, Ushul Fiqh, tentu juga Nahwu Shorof, maka bisa diterima di kelas 4.
Selanjutnya, Pak Rokhim menguraikan tentang target belajar di Muallimin Muallimat. "Untuk kelas 3, targetnya harus mampu dan bisa membaca semua isi kitab Fathul Qorib. Sudah ada tahapannya dalam belajar. Kelas 1 sampai apa, kelas 2 apa dan kelas 3 apa. Sedangkan untuk kelas 6, targetnya bisa membaca dan menguasai kitab Tuhfatut Thullab. Begitu juga sudah ada tahapannya, saat kelas 4, kelas 5 dan kelas 6," katanya.
"Kedua kitab tersebut tidak diajarkan di Madrasah, karena kitab Fiqh yang diajarkan di Madrasah adalah kitab Manhajut Thullab, matan kitab Fathul Wahab," sambung lelaki yang sudah mengabdi lebih 30 tahun di Muallimin Muallimat.
"Untuk kelas akhir, ada ujian akhir baca kitab Tuhfahtut Thullab. Pengujinya separuh adalah kiyai-kiyai dari luar Madrasah sekitar kabupaten Jombang dan, separuhnya guru Muallimin sendiri. Nanti yang lulus akan diberikan sertifikat ujian akhir baca kitab. Karena itu, anak bapak ibu jangan hanya ditanya ijazah lulus ujjan tulis, tetapi juga ditanya apakah punya sertifikat ujian baca kitab. Kalau tidak punya berarti tidak lulus ujian akhir baca kita," katanya di depan sekitar 600 wali siswa yang semuanya duduk menyimak dengan khusyuk.
Yang lainnya, kata Pak Rokhim, di Muallimin Muallimat, ada pelajaran Nahwu kitab Alfiyah Ibn Malik, mulai kelas 1-4. Sedangkan yang dihafalkan adalah 300 bait. Semua siswa harus menghafal kitab ini sesuai batasan yang diberikan.
Untuk Ijazah, Pak Rokhim menjelaskan tentang Ijazah yang diperoleh saat lulus Muallimin Muallimat. "Saat Kelas 3B (kelas reguler, red) bukan 3A, siswa bisa ikut Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah, dan saat kelas 6 bisa ikut Ujian Nasional Madrasah Aliyah. Untuk menunjang agar siswa bisa mampu dalam mengikuti UN, Madrasah mengadakan penambahan materi bagi kelas 3B dan kelas 6 untuk persiapan Ujian Nasional. Jadi sekolah di sini saat keluar mendapat Ijazah MTs, Ijazah MA dan Ijazah Muallimin Muallimat sendiri, juga ada Ijazah dari Maarif NU. Karena itu, Madrasah kita juga mengikuti akreditasi dari Kemenag RI," jelasnya.
Bagaimana dengan guru-gurunya? Pak Rokhim menyampaikan bahwa, guru-guru di Muallimin Muallimat adalah tamatan pesantren yang memilki kemampuan ilmu pesantren. "Sebagian besar adalah alumni Muallimin Muallimat sendiri, sebagian alumni pondok-pondok salaf, baik di Jawa Timur atau Jawa Tengah," katanya.
Menjawab pertanyaan peserta Perwalim saat sesi tanya jawab, tentang yang dilakukan Madrasah dalam memfasilitasi siswa yang akan melanjutkan ke Perguruam Tinggi, Pak Rokhim menyampaikan bahwa, Madrasah memfasilitasi sepenuhnya. "Madrasah sudah memfasilitasi semua kebutuhan siswa. Mau melanjutkan ke mana akan difasilitasi sepenuhnya. Namun itu terserah anaknya," katanya.
Sementara menjawab tentang bimbingan kitab Fathul Qorib yang ditanyakan peserta lainnya, Pak Rokhim menjawab bimbingan Fathul Qorib dilakukan di pondok pesantren masing-masing. Karena di Madrasah waktunya tidak cukup. Belajar di Madrasah ini hanya 7 jam pelajaran wehari tapi materi padat. Siswa pulang sampai jam 12 siang. Tidak seperti Madrasah atau sekolah lain. Kita berbagi dengan pondok pesantren," jawabnya.
Saat ditanya dan diminta oleh salah satu peserta Perwalim, apakah bagi siswa yang tidak naik kelas bisa menempuh jalan remidi? Dengan tegas Pak Rokhim menyampaikan bahwa, di Muallimin Muallimat tidak ada remidi. "Kita tidak menempuh seperti sekolah-sekolah lain, dengan melakukan remidi bagi siswa yang tidak naik kelas, karena itu dibuat-buat dan tidak memberikan yang sesungguhnya. Karena jika tidak naik kelas, ya tidak naik, tidak bisa diupayakan. Ini ciri khas yang kita miliki di Madrasah ini. Kalau ada remidi, maka akan hilang ciri khas tersebut. Jadi sistem ada yang tidak naik kelas masih akan terus diberlakukan," tegasnya. (ma)