KH Abdul Rohim Ma’ruf yang biasa dipanggil Pak Rohim mulai masuk Madrasah Muallimin Tambakberas pada tahun 1979. Beliau langsung duduk di bangku kelas 3, dan lulus di tahun 1983. Beliau bisa masuk di kelas 3 karena pada sebelumnya beliau sudah pernah bersekolah di kawasan pesantren, yakni MTs Mazro'atul Ulum di desa Paciran, Lamongan
Pak Rohim masuk Pesantren Tambakberas karena faktor keinginan diri sendiri. Pada saat itu, banyak alumni Tambakberas yang mengadakan acara halal bi halal di desa asal beliau, dengan sangat meriah dan banyak manfaatnya. Sehingga beliau termotivasi untuk mesantren di pondok tersebut. Selain itu, beliau juga sudah memiliki teman yang sudah lebih dahulu mondok di pesantren Tambakberas Jombang.
Keluh kesah pertama Pak Rohim saat bersekolah di Madrasah ini adalah beliau harus mengejar materi pembelajaran yang tertinggal selama 2 tahun di Muallimin, karena beliau tidak merasakan pelajaran di kelas 1 dan 2 yang tidak mungkin diulang.
Beliau juga harus beradaptasi dengan atmosfer pelajaran di madrasah yang menggunakan kitab-kitab berstandar tinggi dalam setiap pelajaran seperti Alfiyah, Jawharul Maknun, nadzom Waroqot, dan pelajaran susah lainnya yang tidak beliau dapat di tempat lain. Seperti ilmu Falak dan Arudl. Pak Rohim merasa bahwa beliau baru bisa beradaptasi dengan keadaan pembelajaran saat duduk di bangku kelas lima.
Guru-guru yang mengajar pada saat beliau sekolah antara lain adalah: Kiai Chudlori, Kiai Djalil, Kiai Djamal, Kiai Shulton, Pak Ishom, Pak Wasikun dari Jawa tengah, Pak Bisyri, Pak Hamim, Pak Muhaimin, Pak Haromain, Kiai Fatih dan Kiai Aman. Sedangkan Kiai Nashrullah A.R pada saat itu hanya mengajar fan ilmu tafsir di sekolah putri Muallimat.
Beberapa saat setelah beliau lulus dari Madrasah Muallimin, tahun 1983, Pak Rohim diminta untuk khidmah (mengabdi) di Madrasah. Pada awalnya, beliau diutus Kiai Djalil untuk menjadi bagian tata usaha (TU) Madrasah. Tetapi juga diminta untuk menjadi pengajar di Madrasah I'dadiyah rintisan Kiai Nashrullah. Disamping mengajar beliau juga sempat mencicipi bangku perkuliahan selama 3 masa. Kalau dihitung sampai hari ini, Pak Rohim mengabdi di Madrasah Muallimin Mullimat Tambakberas sudah 41 tahun.
Beliau mengambil S1 pendidikan fakultas hukum di Universitas Darul Ulum Jombang. Yang mana sebelumnya, beliau juga sempat mengambil S1 Fakultas Sosial dan Politik di Universitas yang sama. Kemudian Pak Rohim mengambil S2 fakultas Administrasi publik di Universitas 17 Agustus yang ditempuh pada tahun 1995 sampai dengan 1997
Jabatan beliau di Muallimin dimulai ketika menggantikan kiai Nashrullah menjadi wakil madrasah saat kewafatan kiai Djalil. Beliau selanjutnya mendapat amanah menjadi kepala madrasah Aliyah muallimin muallimat setelah kewafatan kyai Shulton tepatnya pada tahun pelajaran 2011 / 2012.
Fenomena ketertinggalan pelajaran di muallimin selama 2 tahun yang terus beliau kejar, baik dari segi hafalan maupun materi, membuahkan hasil yang sangat bagus bagi diri beliau.
Hal itu dibuktikan pada pencapaian saat kelulusan yang mana beliau menjadi siswa terbaik peringkat pertama. Sedangkan dari murid perempuan diraih oleh Bu Suqiyah (Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya)
Beliau memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata, sehingga mampu menguasai beberapa ilmu pelajaran dengan kuat. Bahkan beliau menulis kitab syarah dari beberapa nadzom di beberapa pelajaran yang berbeda-beda
Sampai sekarang kitab yang telah beliau tulis berjumlah sebanyak 5 karya tulis diantaranya yaitu:
1. As-safinah Adz-dzahabiyah dalam ilmu qowaid fiqh
2. Tsamroh Al-Fikr Al-marshun dalam pelajaran balaghoh
3. Shofwah Al-Bashir dalam pelajaran ilmu tafsir
4. Al-'alam Al-isyroqi dalam pelajaran manthiq
5. Nail Al-wafaraat dalam pelajaran Ushul fiqh.
Bahkan saat ini, beliau sedang mempersiapkan menerbitkn 2 kitab lagi dalam bidang ilmu Faraidl dan hadist.
Banyak faktor pendukung beliau untuk menulis kitab tersebut. Diantaranya adalah beliau mengamalkan hadits Nabi SAW:
مَنْ عَلَّمَ عِلّمًا عَلَّمَهُ اللَّهُ مَا لَمْ يَعْلَم
Pak Rohim langsung mengartikan hadits ini secara bahasa beliau sendiri yakni: Barang siapa yang menulis kitab untuk orang lain, maka Allah akan memudahkan nya menulis kitab yang lain yang belum diketahui nya.
Faktor yang lain juga, beliau merasa bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki karya tulis, agar akreditasi sekolah nya itu bisa meningkat saat ada penilaian sekolah.
Beberapa hal itulah yang mendorong kiai Rohim untuk menulis karya tulis yang bisa dirasakan manfaatnya oleh murid-murid beliau saat ini.
Yang terakhir beliau juga berpesan "Janganlah para siswa siswi madrasah MMA ini meninggalkan belajar. karena tidak ada sesuatu dalam proses pembelajaran yang tidak berguna, lakukan lah semua yang bermanfaat, pastilah hal itu berguna di masa depan".
Beliau juga mengatakan "jika kita di beri tugas oleh siapapun, itu harus kita kerjakan selagi kita mau serta mampu, karena hal itu akan menjadi rekam jejak yang baik bagi kita".
"Pekerjaan yang berat, pastilah menghasilkan pahala yang banyak juga" Pungkas beliau.
Wawancara dengan K.H Abdul Rohim Ma'ruf, tanggal 7 Januari 2023
Oleh: Hubbanaya Hilya Wahda Manaf, M. Abdurrahman Faza dan A. Afiq Al-Hamidy