Termasuk sederet keistimewaan bulan Ramadhan adalah Lailatul Qadr. Lailatul Qadr merupakan malam dengan sejumlah keutamaan yang luar biasa. Al-Qur’an menggambarkan malam itu sebagai malam yang lebih mulia daripada seribu bulan. Pada malam itu, langit dihiasi dengan turunnya malaikat yang membawa berkah serta kedamaian bagi orang-orang yang menghidupkannya dengan ibadah. Dalam satu hadits terkait Lailatul Qadr, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ
Artinya: “Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan).”
Pembahasan menarik selain tentang kemuliaan Lailatul Qadr adalah terkait tentang ketetapan waktunya. Begitu banyak perbedaan pendapat, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari menghimpun sebanyak kurang lebih 45 pendapat, yang paling unggul mengatakan bahwa Lailatul Qadr terjadi di malam-malam ganjil. Lebih spesifik, mayoritas ulama mengatakan terjadinya adalah malam tanggal 27, sedangkan Imam Syafi'i mengatakan bahwa yang dimaksud adalah malam tanggal 21 dan 23. Ada lagi pendapat Imam Ghazali dan Abu Hasan Asy-Syadzili yang mengatakan bahwa terjadinya Lailatul Qadr adalah dengan mengaitkannya pada jatuhnya hari pertama bulan Ramadhan. Belum lagi versi yang menghimpun waktu terjadinya dengan melihat tanda-tanda yang muncul sesaat atau setelah Lailatul Qadr seperti malam yang tenang, angin yang tidak bertiup kencang, cuaca sejuk pagi hari, matahari hangat dan sebagainya. Seluruhnya tidak ada yang berani memastikan kapan terjadinya Lailatul Qadr. Misteri.
Dengan harapan mempermudah bahasan. sedikit penulis sajikan intermezo mengenai salah satu striker kebanggaan Italia, Filippo Inzaghi. Pemain yang lahir di Kota Piacenza ini bukanlah seorang pemain yang bisa mudah dikagumi namun berbagai apresiasi dari rekan sejawatnya telah membuktikan segalanya bahwa ia memang salah satu striker paling ditakuti di muka bumi. Padahal ia bukan pemain dengan paket lengkap ala Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, tidak bisa main cantik ala Ronaldinho, tidak pernah jadi eksekutor free kick macam David Beckham dan tidak punya kecepatan yang ciamik layaknya Gareth Bale. Sama sekali sulit untuk dibanggakan.
Penjelasan paling memuaskan sementara ini terkait ganasnya Inzaghi di depan gawang adalah kemampuannya berada di waktu dan tempat yang tepat. Sebenarnya apabila mau dijabarkan melalui cara ilmiah dam akademik, apa yang dilakukan oleh Inzaghi ini dapat dijelaskan melalui teori fisika ala Albert Einstein. Einstein menyebut bahwa benda yang memiliki kecepatan konstan, sejatinya merupakan benda yang relatif diam. Agak aneh namun masuk akal. Bagi Einstein, benda yang bergerak bukanlah benda yang memiliki kecepatan, tapi benda yang mengalami percepatan, dalam bahasa yang lebih familiar hal ini dinamakan akselerasi.
Dengan memakai logika tersebut, kondisi bergerak adalah ketika sebuah benda mengalami peningkatan atau penurunan kecepatan. Bukan pergerakan dari satu titik ke titik lain, melainkan pergerakan dari satu kecepatan ke kecepatan yang berbeda. Perlu diingat, akselerasi bukan hanya soal dari kondisi diam ke kondisi bergerak, tapi juga dari posisi bergerak ke posisi diam. Dari pembahasan ini, menjadi wajar kiranya, jika kita sering mendengar bagaimana mayoritas pelatih hampir selalu meminta pemain-pemainnya untuk selalu bergerak secara dinamis. Sebab, dengan sering bergerak –selain soal menciptakan ruang– kecepatan yang konsisten sekaligus akselerasi yang minim, membuat seorang pemain akan mendapatkan keuntungan karena bakal mampu bereaksi lebih cepat dari lawannya. Apalagi jika si lawan lebih sering berada dalam posisi diam.
Situasi inilah yang sering dialami para bek-bek yang menghadapi seorang Inzaghi. Kecepatan Inzaghi bukanlah pada secepat apa larinya, melainkan soal sesering apa dia berlari. Ketika dalam proses penyerangan timnya, Inzaghi selalu bergerak “tidak jelas” ke sana-sini. Banyak yang menilai bahwa apa yang dilakukan Inzaghi adalah soal membuka ruang namun keuntungan dari wara-wiri-nya tidak cuma itu. Inzaghi bergerak ke sana kemari untuk menjaga kecepatan konstannya. Meski kecepatannya tidak seberapa, namun hal ini membuatnya selalu mampu bereaksi seolah-olah lebih cepat dari para bek. Itu pula alasan mengapa koleksi gol Inzaghi sedikit banyak adalah hasil dari bola muntah atau bola-bola deflected yang bagi orang awam akan menilainya sebagai gol keberuntungan. Atau jika ingin memuji gol-gol aneh semacam itu, para analis akan menyebutnya sebatas “naluri sejati seorang striker” yang sebenarnya tidak menjelaskan mengenai apapun.
Kembali ke laptop. Tentu, ada hikmah agung di balik dirahasiakannya Lailatul Qadr yang agung itu. Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan, bahwa dalam beberapa hal terkait waktu memperoleh keutamaan dan balasan pahala besar dalam ibadah -dalam hal ini Lailatul Qadr, sengaja Allah rahasiakan agar manusia berlomba-lomba memperolehnya.
فكذا أخفى هذه الليلة ليعظموا جميع ليالي رمضان
Artinya: “Demikian pula Allah merahasiakan Lailatul Qadr di antara malam-malam Ramadhan, supaya manusia bersungguh-sungguh beribadah pada semua malam Ramaadhan.”
Penjelasan serupa juga bisa ditemui dalam Fathul Bari oleh Ibnu Hajar, bahwa Lailatul Qadr sengaja Allah rahasiakan agar manusia berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh beribadah pada seluruh malam di bulan Ramadhan untuk meraih malam agung itu. Nabi Muhammad SAW bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: “Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).
Sayangnya perintah ini masih dipahami secara leterlek dan diglorifikasi sedemikian rupa. Ada semacam sudut pandang di masyarakat yang beranggapan bahwa potensi mendapatkan Lailatul Qadr akhirnya hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menjauhkan diri dari keramaian untuk lalu fokus berbondong-bondong ibadah dengan bermalam di masjid. Yang masih repot urusan duniawi dan tidak mau fokus beribadah di malam-malam akhir Ramadhan tidak akan mendapatnya. Mission failed.
Hemat penulis, perintah mencari dalam hadits ini menuntut objeknya untuk melakukan proses persiapan-persiapan dalam pencarian sehingga diharapkan pencariannya akan membuahkan hasil yang maksimal. Artinya harus dipahami bersama bahwa kedatangan Lailatul Qadr bukanlah sesuatu yang tiba-tiba dan bisa didapatkan dengan kesungguhan pol-polan hanya di rentang waktu tertentu. Ia akan berada pada momentum waktu dan tempat yang tepat setelah melakukan akselerasi-akselerasi ajeg atas aneka ragam kebaikan di bulan Ramadhan. Akselerasi inilah yang kemudian menjaga kecepatan di sepuluh malam terakhir menjadi konstan sehingga mendapatkan hasil yang diidam-idamkan yakni Lailatul Qadr. Semoga bermanfaat.
Robi Pebrian