Muallimin Online,
Untuk mewujudkan siswa yang memahami ajaran Aswaja secara lebih terstruktur dan untuk membentengi calon alumni Madrasah Muallimin Muallimat dari paham-paham radikal, maka Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Bekerjasama dengan Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (YPPBU), menyelenggarakan pelatihan Doktrinasi Aswaja bagi kelas 6 (kelas akhir), pada Jumat (17/01).
Kegiatan yang diikuti 113 siswa putra dan 158 siswa putri tersebut, diselenggarakan di dua tempat terpisah. Siswa putra bertempat di Aula Pondok Putra PPBU, dan siswi putri bertempat di Aula Madrasah Induk.
Dalam kerjasama ini, Madrasah Muallimin Muallimat menyiapkan seluruh perangkat kerasnya (akomodasi, konsumsi dan lain-lain), sementara pengurus YPPBU menyiapkan materi dan pematerinya. Sedangkan, untuk meraih tujuan pelatihan tersebut, Pengurus YPPBU menyiapkan dan menyampaikan materi antara lain, Ke-Bahrul Ulum-an, Mafahim Aswaja, peta Ideolog, Ghozwul Fikri dan, Peta Kampus.
Adapun pemateri atau instruktur, menurut Wakil Ketua YPPBU, K. Azam Choiruman, adalah Instruktur Wilayah Pendidikan Kader Nahdlatul Ulama (PKPNU). "Seluruh instruktur kami ambilkan dari Instruktur Wilayah PKPNU, yang sudah terbiasa menangani pendidikan kader di lingkungan Nahdlatul Ulama," katanya.
Madrasah sendiri berharap dari Doktrinasi ini, siswa Madrasah Muallimin Muallimat bisa memahami ajaran Aswaja An Nahdliyah secara lebih terstruktur, baik sebagai sebuah ilmu pengetahuan, maupun sebagai sebuha ajaran dan ideologi gerakan.
Selama ini siswa Madrasah Muallimin Muallimat, secara ilmu pengetahuan sudah mempelajari ajaran Aswaja di Madrasah. Mereka sudah belajar mulai dari dasar tentang dasar-dasar teologi (Ilmu Kalam), hukum Islam (Fiqh) dan Ilmu Akhlaq dan Tasawuf, dengan berbagai cabangnya, sampai pelajaran yang lebih tinggi.
Namun, secara ideologis, siswa belum mempelajari Aswaja secara lebih terstruktur. Dalam kegiatan Doktrinasi Aswaja ini, dibicarakan bagaimana ilmu pengetahuan tentang Aswaja yang sudah dipelajari para siswa, bisa menjadi ideologi, tidak saja dalam menjalankan amaliyah secara personal, tetapi juga sebagai pegangan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. (ma)