Dalam kamus ilmiah populer karangan pius apartanto, kedok berarti topeng atau penutup yang mempunyai pengertian berwajah yang bukan sebenarnya. Dengan demikian, berkedok ahli sunnah wal jama’ah berarti berpura-pura (ngaku-ngaku : bahasa jawa) ahlussunnah wal jama’ah padahal apabila ditelusuri secara mendalam maka terdapat penyimpangan-penyimpangan dari ahlussunnah wal jama’ah.
Dalam kitab Al- Hujaj Al- Qot’iyyah Fii Sihhatil Mu’taqodat Wal Amaliyyat karangan Syekh Muhyiddin Abdus Shomad kata ahlussunnnah wal jama’ah terdiri dari 3 kata :
1. Ahli berarti keluarga, kerabat, ahli madzhab, orang yang mengikuti suatu aliran.
2. Assunnah berarti ucapan-ucapan, pekerjaan-pekerjaandan ketetapan dari nabi Muhammad SAW
3. Jama’ah berarti jama’atus shihabah yakni segala sesuatu yang sesuai dengan shahabat rasulullah terutama khulafaur rasyidin abu baker as-shidiq, umar bin khattab, ustman bin affan dan ali bin abi thallib. Kata-kata jama’ah adalah diambil dari sabda rasulallah :
وَ مَََنْ أََرَادَ بُحْبُوْحَةََ الْجَنََّةِ فَلْيَلْزِمْْْْْ الْْْْجَمَاعَةَ
Artinya; barabg siapa menghendaki kemegahan tengahnya surga maka hendaklah berpegang teguh kepada jama’ah.
Assyekh abdul qadir al-jailani rahiimallahu ta’ala dalam kitab al-ghanniyah lithoolibi thoriqil haq juz 1 hal. 30 menjelaskan ahlussunnah wal jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti sunnahnya rasul dan jama’ahnya para shahabat. Yakni, segala sesuatu yang sesuai dengan prilaku para sahabat rasulullah yang termasuk al khulafaur rasyidin.
Sedang syekh abdul fadhol bin abdul syakur dalam kitabnya al kawakibul lamma’ah memberikan pengertian ahlussunnah wal jama’ah adalah orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah nabi dan thoriqohnya para shohabat dalam aqoid diniyyah, a’mal badaniyyah dn akhlaq qolbiyyah.
Dengan demikian ahlussunnah wal jama’ah adalah suatu kata-kata tentang ajaran-ajaran yang bersumber dari sunnah nabi Muhammad SAW dan para shahabat-shahabatnya.
Bahkan syekh zainal abidin dimyati dalam kitabnya Al idza ah’al Muhimmah hal.47 lebih jelas lagi menguraikan dengan syair-syairnya :
مُتَّّبِعُوا السُّنَّةِ والجَمَاعَةِ هُمْ تَابَعُُُوْا مَذَاهِبَ الأإمّةِ
فَفِي ألأُصُولِِِِِِ اتّبعُوْا الْمَذْهَبَ الْمَتُوْرِدِيَّ الأشْعَرِيَّ الْمَذْهَبَ
وَ فِيْ الْفُرُوْعِ أحَدَ الأرْبَعَةِ هُمْ قَادَةً هُدَاةُ هذِى الأُمّةِ
الْشَّافِعِيُّ وَالْحَنَفِيُّ الْمُبَجَّلُ وَمَالِكًَُ وَ أحْمَدُ بْنُ حََنْبَلٍ
وَفِى الْتَّصَوُّفِ أو الْطَرِيْقِِ إمَامَنَا الْجُنَيْدِ ذَا الْحَقِيْقَةِ
Pengikut-pengikut ahliussunnah wal jama’ah adalah mereka yang mngikuti madzhabnya para imam, mereka mengikuti madzhabnya al-mathuridi dan al-asyari sedang dalam furu’(fiqh) mngikuti salah satu 4 imam yang menjadi petunjuk umat ini. 4 imam itu adalah imam as-syafi’I, imam hanafi, imam maliki, dan imam hambali dan dalam tashawufnya mengikuti imam junaid al-baghdadi.
Setelah mengetahui siapa sebenarnya orang ahlussunnah wal jama’ah maka kita akan bisa membedakan kebenaran ucapan yang benar dan yang salah. Benarkah orang yang mengingkari amaliyyah kita orang-orang pesantren dan orang-orang NU umumnya berhak mengklaim diri mereka sebagai orang-orang ahlussunnah wal jama’ah ? sebagai contoh amaliyyah kita yang mereka ingkari adalah talqin pada mayyit. Sebenarnya dikalangan ulama’ ahli ‘ijtihad tiadak ada perbedaan pendapat mengenai talqin (mengajarkan kalimat laa ilaaha illallaah )kepada orang ang sekarat. Berdasarkan pada hadist :
لَقَّنُوْا مَوْتَاكُمْ بِلاََ إلهَ إلاّ الله
Artinya; hendaklah kamu semua mengajarkan pada orang-orang meninggal kalian dengan kalimat laa ilaaha ilallah.
Adapun mengajari (talqin) orang yang baru di kuburkan, maka menurut ulama madzhab as-syafi’I, mayoriyas ulama madzhab hambali dan sebagian ulama madzhab hanafi dan maliki
عَنْ أبِي أُمَامَةَ رَضِِيَ الله عَنْهُ إذَا مَاتَ أحَدٌ مِنْ إخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمْ التُّرَابَ فَلْيَقُمْ أحَدُكُمْ عَلَى رَأسِ الْقَبْرِثُمَّ لْيَقُلْ يَا فُلاَنُ إبْنُ فُلانةَ فَإنَّهُ يَسْمََعُ وَلاَ يُجِيْبُ ثُمَّ لْيُقَلْ يَا فُلاَنَ بْنُ فُلانَةَ فَإنَّه يََسْتَوِي قَاعِدًا ثُمَّ يَقُولُ يَا فُلاَنَةَ فَإنَّهُ يَقُوْلُ أرْشِِِِِِِِدْنَا رَحِمَكَ الله فلْيُقَلْ أُذْكُرْ مَاخَرَجْتَ عََلَيْهِ مِنَ الْدُنْيَا مِنَ الْشََّهَادَةِ أن لا إلهَ إلاّالله وَ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إنَّكَ رَضِِيْتَ بِالله ربَّّا وَبِالإسْلامِِ دِيْنًا وَ بِمُحَمَّّدٍ نَبِيََّا وبالْْقُرْأنِِ إمَامًا فَإنَّ مُنْكَرًًا وَ نَكِيْرًا يَأخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِِبُهَاوَيَقُوْلُ إنْطَلِِِقْ بِنَا مَا نَقْعُدُ عِنْدَ مَنْ لَقَّنَ حُجَّتَهُ فَيَكُونُ الله حَجِيْجَهُ دُوْنَهُمَا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُول الله فَإنْ لَمْ يُعْرَفْ أمُّهُ قَالَ يُنْسَبْ إلىحوََََّاءَ
Dari abu umamah R.A. apabila salah seorang diantara saudara meninggal dunia dan tanah telah diratakan diatas kuburnya maka hendaklah salah seorang diantara kamu berdiri diarah kepala, lalu ucapkanlah : “hai fulan bin fulanah (nama mayat dan nama ibunya) .” sesungguhnya si mayyit itu mendengar, namun tidak dapat menjawab. Kemudian ucapkan: “ hai fulan bin fulanah “ sesungguhnya ia duduk , lalu ucapkan lagi : “ hai fulan bin fulanah, “ maka ssi mayyit berkata : “bimbinglah kami semoga allah merahmatimu.” Kemudian katakanlah: “ ingatlah apa yang kamu pertahankan kamu saat meninggal dunia berupa kalimat syahadat dan kerelaanmu terhadap allah SWT sebagai tuhan islam sebagai agama, Muhammad sebagai nabi, dan al-qur’an sebagai panutan. “ sesungguhnya malaikat munkar da nakir saling berpeganga tanga dan berkata : “ ayo pergi. Tidak perlu kita duduk disisi orang yang diajarkan kepadanya jawabannya. Allah lah yang dapat memintainya jawaban, bukan malaikat munkar dan nakir . “ lalu ada seorang laki-laki bertanya : “ ya rasulullah . bgaimana jika ibi mayyit tidak diketahui ?” beliau menjawab : sambungkan nashabnya ke ibu hawa. “
Begitu pula dengan tabarruk (ngalap barokah) yang identik dengan tradisi pesantren. Diantara hadist yang menggambarkan tabarruk itu adalah :
وَعََنْ إبْنُ عُمَرَ رضي الله عنه قِصَةً قال فيها : فَدَنَوْنَا مِنَ الَبِيِّ سلىالله عليه و سلّم فَقَبَّللْنَا يََدَاهُ. رواه ابو داود
Artinya : hadist dari ibnu umar beliau menceritakan suatu saat saya mendekati nabi kemudian saya mencium tangan beliau. H.R. Abu Dawud.
Sungguh ironi orang-orang yang ingkar kepada amaliyyah seperti ini kaena berarti mereka mengingkari sunnah nabi. Wallahu a’lam.