A. Fadhilah dan Keutamaan Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang dikhususkan untuk umat Muhammad, yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya. Barangsiapa yang menghidupkannya, maka sepanjang tahun dia akan hidup dalam cahaya Allah. Di dalamnya ada waktu di mana ibadah sekali sama dengan ibadah 1000 bulan. Di bulan ini al-Qur’an diturunkan. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) BulanRamadhan, bulan yang di dalamnyaditurunkan(permulaan) Al-Qur’ansebagaipetunjukbagimanusiadanpenjelasan-penjelasanmengenaipetunjukitudanpembeda (antara yang hakdan yang bathil). Karenaitu, barangsiapa di antarakamuhadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulanitu, makahendaklah iaberpuasa pada bulan itu,dan barangsiapasakitataudalamperjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyakhari yang ditinggalkannyaitu, padahari-hari yang lain. Allah menghendakikemudahanbagimu, dantidakmenghendakikesukaranbagimu.Hendaklahkamumencukupkanbilangannyadanmengagungkan Allah ataspetunjuk-Nya yang diberikankepadamu, agar kamubersyukur.
Ramadhan adalah bulan ampunan, dosa kecil maupun dosa besar. Orang yang menghidupkan bulan Ramadhan, akan lahir kembali bersih dari dosa seperti memasuki hidup baru tanpa beban. Bulan ini awalnya rahmah, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari neraka. Allah akan sangat memperhatikan orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan di bulan ini. Allah membanggakannya di hadapan para malaikat-Nya. Bulan ini juga disebut bulan kesabaran, dan kesabaran ini akan di ganti dengan surga. Amalan wajib di bulan ini dilipatgandakan pahalanya. Yang sunnah mendapat ganjaran wajib. Dan setiap kebaikan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali hingga tak terbatas.
Tidak ada bulan yang lebih mulia di sisi Allah selain bulan Ramadhan. Di bulan ini semua kesalahan dihapus, semua dosa diampuni, rahmat diturunkan, doa dikabulkan, dan Allah melihat hamba-Nya dengan pandangan yang menyenangkan. Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Datang kepada kamu bulan Ramadhan, bulan berkah. Allah menghamparkan rahmat-Nya kepada kamu, menghapuskan kesalahan, mengabulkan doa, melihat bagaimana kamu saling berlomba dalam kebaikan, membanggakan kamu di depan para malaikat. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang di bulan ini tidak mendapatkan rahmat” (HR. Ath-Thabarani).
Tidak ada amal yang lebih baik yang bisa mendekatkan diri kepada Allah selain berpuasa. Maka di bulan ini orang-orang beriman menjalankan puasa. Bulan ini adalah kasih sayang dan bulan saling berbagi kenikmatan. Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dari hasil yang halal, maka malaikat mendoakan kepadanya semalam suntuk, Jibril menyalaminya di malam Lailatul Qadar. Barangsiapa yang disalami oleh Jibril, maka hatinya menjadi lembut dan banyak air matanya. Sahabat bertanya: ya Rasul, bagaimana kalau tidak bisa memberi buka puasa? Rasul menjawab: “Dengan sejumput makanan.” Saya bertanya: Bagaimana kalu tidak punya sesuap roti? Rasul menjawab : “Dengan sesendok susu.” Sahabat bertanya : Bagaimana kalau tidak punya apa – apa ? Rasulullah menjawab : “Dengan seteguk air putih” (HR. Ibnu Majah dan ad – Dailami).
Agar puasa sah dan diterima Allah, maka puasa harus memenuhi adab dan aturan yang disampaikan oleh Rasulullah. Karena banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memenuhi adabnya, akhirnya puasa tidak mendapatkan pahala. Rasulullah Saw bersabda : “Betapa banyak orang yang berpuasa, dia tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Betapa banyak orang yang mendirikan qiyamul lail tetapi dia hanya begadang saja. “Ini artinya bahwa taqarrub kepada Allah dengan menjalankan hal-hal yang mubah harus dilakukan setelah meninggalkan yang diharamkan. Orang yang menumpuk-numpuk perbuatan haram kemudian melakukan taqarrub kepada Allah dengan perbuatan mubah, sama artinya meningalkan wajib demi menjalankan sunnat. Tidak makan adalah hal yang mubah, meningalkan perbuatan yang mendatangkan dosa adalah wajib. Itu sebabnya Rasulullah Saw Bersabda: “Bukanlah puasa itu meningalkan makan dan minum, tetapi puasa adalah meninggalkan hal-hal yang sia-sia dan perbuatan keji” (HR. Muslim).
Jabir ra berkata : “Jika kamu berpuasa, maka puasakan pendengaran kamu, puasakan pengelihatan kamu, dan puasakan lisan kamu dari bohong dan dari yang diharamkan. Hendaklah kamu selalau bersikap tenang dan santun di hari puasa kamu. Jangan kamu jadikan hari puasa kamu sama dengan hari berbuka kamu.”
Imam al – Ghazali menjelaskan, bahwa puasa tidak sempurna kecuali dengan 6 hal, yaitu:
Sesungguhnya yang dimaksud dari puasa ialah menerapkan sebuah akhlak dari Allah, yaitu “Ash – Shomad” dan mengikuti malaikat dalam menahan syahwat sesuai dengan kemampuan. Karena malaikat dijauhkan dari syahwat, sementara manusia ada di atas tingkatan bahaim (binatang), dan dibawah tingkatan malaikat.
Dengan puasa, manusia bisa meninggalkan nafsu bahaim (binatang), dia akan naik ke martabat malaikat. Hidup menjadi teratur dan hati selalu mendapatkan cahaya Allah. Maka setelah selesai Ramadhan, dia menjadi manusia yang terasa ruhaninya sehingga punya spiritualitas yang tinggi. Dengan spiritualitas, manusia bisa beradaptasi dengan apa saja dan siapa saja, meraih sukses dan selamat. Dan itulah hasil ketaqwaan, sebagaimana dimaksud ayat 183 surah Al – Baqarah. Sebaliknya dengan menurutkan nafsu syahwatnya, dia akan turun sama dengan martabat bahaim.
Ramadhan juga bulan ibadah. Siang hari harinya berpuasa dan malam harinya qiyamul lail. Maka Rasulullah Saw menganjurkan hendaknya malam hari Ramadhan dihidupkan dengan qiyamul lail, shalat taraweh dan shalat tahajjud. Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang mendirikan malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengaharap ridha Allah, maka dosa-dosanya yang lalu diampuni” (HR. Bukhari).
Saat sedang berpuasa, hendaknya seorang muslim tetap aktif menjalankan aktifitasnya. Aktivitas rutin tidak boleh kendor atau menjadi kurang semangat hanya karena puasa. Di sela – sela aktivitas itu, kita bisa menjalankan ibadah – ibadah yang lain sesuai dengan keadaannya. Anda bisa membaca Al – Qur’an, dan anda harus memperbanyak membaca Al-Qur’an di luar jam kerja, bisa di malam hari atau kapan saja. Anda harus menambah pengetahuan agama, dengan mendatangi majlis taklim di luar jam kerja, atau membaca buku – buku agama. Anda harus memberikan sedekah sesuai dengan kemampuan Anda. Singkatnya kita bisa berbuat atau beramal shaleh sebanyak – banyaknya.
B. Sungguh – Sungguh Di Sepuluh Akhir Ramadhan
Ketika hari – hari di bulan Ramadhan sudah lewat 2 hari yang berada di 10 terakhir, Rasulullah Saw sangat serius dalam ibadah. Kesungguhan beliau di hari – hari terakhir bulan Ramadhan tidak pernah dilakukan di bulan lain. Itu karena di 10 hari akhir Ramadhan ada satu malam yang disebut Lailatul Qadar. Aisyah berkata : “Adalah Rasulullah sangat sunguh-sunguh di hari-hari 10 akhir Ramadhan, dan itu tidak ada di bulan yang lainya. “Dalam riwayat hadis lain disebutkan : “Pada sepuluh hari – hari yang akhir Rasulullah Saw menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, bersunguh-sungguh dan mengikat pinggangnya.”
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah Saw pada sepuluh hari akhir bulan Ramadhan beriktikaf di masjid. Hal itu dilakukan bertahun-tahun sampai Allah memanggil ke hadirat-Nya, kemudia istri-istrinya meneruskan kebiasaan itu sesudahnya (HR. Bukhori dan Muslim).
Iktikaf adalah termasuk khalwat. Dan inilah cara yang disyariatkan oleh Allah agar setiap muslim bisa menyiapkan waktu yang khusus untuk memisahkan nafsunya semata-mata demi membangun kedekatan atau taqarrub kepada Allah. Pada saat iktikaf, seseorang bisa menjaga diri hanya melakukan ketaatan kepada Allah, berzikir dan memutuskan sementara dengan kesibukan dunia yang tidak ada habisnya. Dia melakukan munajat, sambil melakukan perenungan, tafakkur, muhasabah, membaca al-Qur’an, berzikir dan berdoa. Dia bisa mengiktikafkan hatinya dengan tuhannya. Dia bisa mengiktikafkan ruhnya untuk bisa berhubungan langsung kepada Allah. Di situ tidak ada yang diinginkan kecuali Allah dan ridha-Nya
C. Menghidupkan Lailatul Qadar
Lailatul qadar bagi orang-orang yang sangat cinta kepada Allah merupakan malam indah untuk bisa intim dan dekat dengan-Nya. Dia adalah malam ibadah, malam rukuk, malam sujud dan malam penuh kemesraan. Suatu malam yang menjadi kesempatan masuk kepada Yang Maha Raja. Itu adalah malam kebanggaan Allah, dimana malaikat diperintahkan Allah untuk turun ke bumi, karena banyak hamba Allah yang menghiasi dirinya dengan ketaatan, dengan mendirikan shalat, berzikir dan berdoa, menghidupkan masjid dengan lampu zikir dan munajat. Kepada para malaikat, Allah berfirman : “Pergilah kamu kepada mereka di malam Lailatul Qadar supaya kamu bisa melihathamba-hamba-Ku mendirikan shalat, yang rukuk, yang sujud. Hendaklah kamu tahu, bahwa aku memilih mereka mengalahkan alam-alam yang lain.”
Lailatul Qadar adalah hadiah besar dari Allah hanya untuk umat Muhammad. Ketika Rasulullah mengetahui umur umat-umat terdahulu yang panjang, jauh lebih panjang dari umur umatnya, maka Rasulullah berharap umatnya bisa mendapatkan pahala amalan yang melebihi pahala amalan umat terdahulu. Beliau tidak mempermasalahkan umur yang pendek yang penting nilainya tidak kalahdengan umur yang panjang. Maka Allah memberikan hadiah Lailatul Qadar yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan. Ini semata-mata merupakan kemuliaan Allah kepada Nabi Muhammad.
D. Menghidupkan Malam Idul Fitri
Rasulullah Saw menganjurkan agar umat Islam menghidupkan malam Idul Fitri, yang merupakan malam pertama di hari-hari kebebasan makan dan minum di siang hari. Malam itu merupakan malam penutup Ramadhan yang menyenangkan. Biasanya sebuah keberhasilan yang dilihat adalah akhirnya. Maka hendaknya akhir Ramadhan yang di sambung dengan Bulan Syawwal itu menjadi bukti keberhasilan yang menyenangkan. Banyak orang yang menyebutnya “Hari kemenangan.” Di malam itu puasa dan amal-amal shaleh yang kita lakukan selama Ramadhan akan dinaikkan ke hadirat Allah. Alangkah indahnya kalu pada malam kenaikan amal itu kita iringkan dengan banyak berzikir, bertakbir, bertahlil dan bertasbih kepada Allah, sehingga perjalanannyalancar dan langsung diterima Allah. Jika semua itu sampai, maka shalat Idul Fitri, Allah akan memberikan hadiah yang luar biasa. Pagi harinya, Allah kirimkan malaikat-malaikat untuk menyambut keberangkatan orang-orang menuju tempat shalat Id, dan kepada mereka malaikat itu mengucapkan selamat, dan memberikan piala kemenangan.
Dari Abu Umamah ra berkata, bahwa Rasulullah bersabda : “barangsiapa yang menghidupkan dua malam Idul Fitri dan Idul Adha hanya semata-mata karena mengharap kepada Allah, maka hatinya akan terus hidup di mana ketika itu banyak orang yang mati hatinya.”
Oleh: KH Wazir Ali (Wakil Rais Syuriah PCNU Jombang)