KH. Lukman Hakim Mahfudz. Seolah Memiliki keistimewaan tersendiri yang banyak dikagumi oleh para murid maupun dikalangan para guru di lingkungan Madrasah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
KH. Lukman Hakim lahir di Jombang dari pasangan Kyai Mahfudz dari Tulungagung dan Bu Nyai Rohiyah Yang mana Kyai Lukman adalah masih keturunan pondok Tambakberas dari jalur Kyai Syafi'i bin Kyai Said menantu Mbah Yai Abdussalam atau dikenal dengan Mbah Shoichah (pendiri Pesantren Tambakberas).
Sosok yang lebih akrab di panggil Pak Lukman ini kini bermukim di seberang kulon sungai Tambakberas dengan turut mensyiarkan agama melalui Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Al-Halimiyah yang di asuhnya.
"Pak Lukman" adalah sosok guru yang sudah cukup lama mengajar di Madrasah Mu'allimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas. Sosok yang dikenal istiqomah dalam hal ta'lim mendidik para siswa. Datang tepat jam 7 bahkan lebih pagi dari itu, sangat mengesankan bagi penulis yang datang -pasti sudah didahului oleh honda supra (kendaraan Pak Lukman) yang sudah terparkir rapi di halaman Madrasah Mu'allimin.
Banyak pertanyaan bagaimana beliau bisa "ngelontok" menguasai Alfiyyah Ibnu Malik di luar kepala dan berkhidmah dengan sangat ikhlas di Tambakberas.
Hal tersebut penulis tanyakan kepada menantu beliau Bapak Ardianto suami dari Ibu Minhah Mufidah (anak ke 2 Kyai Luqman) yang mendapat jawaban cukup mengesankan.
Pak Lukman mengenyam pendidikan murni hasil produk Tambakberas, beliau juga pernah menjadi siswa Madrasah Mu'allimin Tambakberas dan mulai mengajar di Madrasah tersebut dari tahun 1983.
Pak Lukman dikenal akrab dengan pendiri SP atau sekarang disebut MA Al-I'dadiyah bersama KH. Nashrullah Abdurrohim. Bahkan beliau juga termasuk yang diajak Abah Nas untuk mendirikan Madrasah tersebut.
Untuk perihal fan Ilmu Nahwu yang dikuasai beliau saat ini, sebenarnya dulu Pak Luqman muda itu tidak disebut sebagai anak yang sangat cerdas, kutu buku, dan bukan siswa selalu belajar setiap waktu.
Hobi beliau adalah seperti yang sering diceritakan kepada murid-muridnya yakni olahraga sepak bola. Beliau bisa disebut pemain bola waktu itu. "Arek jaman saiki nek bal-balan ga onok apa-apane karo bal-balan jaman biyen, iseh enak aku" tutur Pak Lukman yang sering diucapkan di kelas.
Tapi apa ternyata yang membuat Pak Lukman bisa seperti kini yang kita saksikan?
Ketegasan ayahnya, Kyai Mahfudz yang tegas dan selalu mendisiplinkan dalam perihal pembelajaran kepada anaknya. Terdapat cerita bahwa Kyai Mahfudz memang terkenal dengan kepercayaan diri dan ketegasannya. pernah suatu ketika, Kyai Mahfudz sedang musafir dan mampir ke suatu masjid/musholla, kemudian beliau dengan PD nya menjadi imam sholat di masjid tersebut.
Soal ketegasannya, sudah tidak diragukan lagi. Terdapat cerita dari Ibu Minhah Mufidah bahwa dulu pernah Pak Lukman itu waktunya belajar malah main bola, lalu ketika beliau sudah pulang ke rumah, Ayah beliau Kyai Mahfudz pun menghukumnya sampai Pak Lukman muda sempat dibuang (diasingkan) ke sawah.
Akan tetapi, dibalik ketegasan Kyai Mahfudz terdapat sifat asih (halim) yang tersimpan didalam diri beliau. Jika Pak Lukman menaati waktu belajar dan bermain, akan terlihat sifat asih seorang ayah. Adapun dengan berkat kedisiplinan beliau, bisalah kita merasakan lezatnya manis ilmu yang diberikan oleh pak Lukman saat ini. Oleh karena itu Pak yai Lukman bisa menjadi ahli nahwu seperti sekarang itu adalah buah dari ketekunan yang didukung setia oleh sang ayah tercinta.
Ibu Nyai Umdatul Khoirot juga bercerita bahwa Bu Nyai Umdah muda dulu sering diajak debat ringan dengan yai Mahfudz di pondok As-Sa'idiyah karena beliau sangat dekat dengan KH Nashrullah AR.
Pilihan nama pesantren As-Sa'idiyah itu sendiri juga dikatakan karena Kyai Nashrullah ingin nama Kyai Said diabadikan dan menjadi pencakup dzurriyah Kyai Said selain dari jalur Kyai Hasbullah.
Apakah ada amalan-amalan khusus Kyai Lukman dan apa saja amaliyah beliau sehari-hari?
Menurut Bapak Ardianto (menantu pak Lukman), "Ayah itu sederhana, santai banget orangnya. Jam 3 pagi ya seperti biasanya, sholat malam dengan mengajak para santri. Kemudian sholat subuh dan baca yasin dan dilanjutkan dengan pengajian kitab rutin. Kemudian ya siap siap pergi ke madrasah. Menurut saya sih, ga ada wirid atau amalan khusus yang beliau mengajak para santri. Kayaknya sih ada di keistiqomahan ayah baca yasin dan sholat jamaah", jelas Pak Ardi.
"Anak-anaknya juga ga terlalu dipaksa harus jadi ini dan itu. Suaantai poll pokoknya. Mungkin karena ayah sudah mengerti apa itu hakikat hidup. Seperti yang sering diucapkan beliau ketika mau'idhoh hasanah di acara tahlilan kewafatan : "kematian itu bukan akhir dari perjalanan, tapi kematian adalah awal dari sebuah pengabdian". Kata tersebut pasti tidak pernah luput dari pengucapan ayah sepengetahuan saya". Tutur Pak Ardi.
Ketika Pak Ardi menuturkan perkataan pak yai Lukman, penulis teringat hadits Rasulullah SAW : "al-kayyisu man dana nafsahu wa amila limaa ba'dal maut".(HR. Tirmidzi). Yang berarti : orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.
Sosok yang disayangi banyak murid tersebut sangat dikagumi karena jelasnya, tegasnya, lantangnya, mantapnya pemahaman dan hafalan beliau yang tidak pernah membawa kitab saat mengajar ilmu nahwu kitab Alfiyah pada kami para siswa siswi madrasah Mu'allimin Mu'allimat Tambakberas.
Dengan penjelasan yang ringkas dan mudah untuk difahami oleh kalangan para murid, dan juga dengan selipan cerita kisah kisah inspiratif dari dawuh dawuh pengalaman beliau, sangat berarti bagi kami murid di zaman seperti ini untuk dijadikan "pepiling".
Oleh karena itu, pantaslah beliau sangat dicintai oleh para murid yang pernah mencicipi pembelajaran beliau.
-Atholallohu 'umrohu- semoga Allah panjangkan umur beliau... Aamiin.
Hubbanaya Hilya Wahda Manaf 4B