Mengajar dapat diartikan sebagi suatu perbuatan yang membutuhkan tanggung jawab moral yang cukup berat. Karena berhasil atau tidaknya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengemukakan bahwa, guru adalah kreator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Guru juga pemberi stimulan dalam proses pembelajaran.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberikan pengetahuan secara lahir batin. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa pengajaran dan pendidikan adalah usaha manusia dalam berkebudayaan.
Tujuan dari pengajaran dan pendidikan menurutnya adalah untuk memerdekakan manusia secara lahir dan batin. Manusia yang merdeka adalah manusia yang independent. Artinya, manusia yang dapat mengandalkan dirinya sendiri untuk mengatur hidupnya dan tidak melulu bergantung pada orang lain.
Pengertian Mengajar
Mengajar ialah “kegiatan kompleks” yang dilakukan guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Kegiatan kompleks yang dimaksud antara lain adalah:
1. Mengatur atau mengorganisasikan kegiatan belajar siswa
2. Memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan
3. Memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa.
Untuk lebih jelasnya, ada beberapa teori tentang mengajar yaitu:
Pengertian lama:
Mengajar adalah “penyerahan kebudayaan” berupa pengalaman, kecakapan kepada anak didik, atau usaha untuk mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikutnya. Kebudayaan sendiri adalah segala hal hasil karya manusia, baik berupa fashion, kuliner, arsitektur, seni, teknologi dan lain-lain.
Dengan melihat defenisi di atas, maka kita dapat melihat bahwa aktifitas itu terletak pada guru, sedangkan siswa hanya mendengar dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak ikut aktif menetapkannya apa yang akan diserahkan padanya dan apa gunanya untuk hidupnya kelak. Siswa akan menerima begitu saja tanpa ragu-ragu lagi akan kebenarannya, dia percaya begitu saja apa yang dikatakan oleh guru tidak dikritik dan tidak ikut aktif dalam menentukan apa yang akan diterimanya, sebab ia yakin bahwa apa yang disampaikan oleh guru sudah pasti akan kebenarannya.
Pengertian baru:
Mengajar adalah melakukan bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Dengan melihat defenisi ini maka jelas bahwa yang aktif dalam proses belajar adalah siswa itu sendiri, sedangkan guru hanya tinggal mengawasi, mengkoordinir dan membimbing siswa agar sesuai dengan kebutuhannya dan mengingat kepribadian anak yang berbeda-beda. Dalam hal ini siswalah yang lebih aktif dalam memikirkan hal-hal yang sedang dipelajari.
Pengertian yang luas, mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dalam menyampaikan pelajaran, sehingga terjadi proses belajar. Bisa juga dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
Dapatlah disimpulkan bahwa pengertian mengajar merupakan transfer pengetahuan yang dimengerti oleh anak didik dan dapat dimanfaatkan bagi kehidupannya kelak.
Jenis Teknik Mengajar
Pendidikan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Teknik pedagogis tradisional yang dilakukan oleh seorang guru yang menjelaskan suatu topik dan peserta didik membuat catatan, mungkin masih berguna pada kesempatan tertentu, tetapi saat ini pendidikan sudah berorientasi untuk mendorong peserta didik dalam membangkitkan rasa ingin tahu mereka dan keinginan untuk belajar lebih jauh. Apalagi di dunia yang saat ini teknologi sangat berkembang, terutama teknologi informasi. Seorang siswa mungkin lebih mengetahui informasi terbaru dari media social atau internet daripada gurunya.
Dalam dunia pendidikan, sejumlah teknik pengajaran yang berbeda-beda telah muncul karena adanya perubahan dalam pendidikan. Banyak dari teknik pengajaran ini sebenarnya bukan hal baru. Namun karena teknologi yang berkembang sangat cepat, penggunaan teknologi dalam pengajaran di ruang kelas bisa memberikan suasana baru pendidikan yang memungkinkan semua orang yang bergelut dalam pendidikan untuk menggunakan cara-cara baru dalam menguraikan ide-ide lama. Misalnya di lingkungan pondok pesantren yang masih menggunakan kitab-kitab turats (salaf) dalam pengajarannya. Referensi masih menggunakan kitab salaf, tetapi dalam mengajar sudah menggunakan wahana internet.
Dibawah ini adalah beberapa teknik pengajaran populer yang muncul dari integrasi teknologi dalam pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. Flipped classroom model (belajar sebelum sesi kelas dimulai)
Teknik flipped Classroom pada dasarnya melibatkan siswa untuk mempersiapkan pelajaran sebelum sesi kelas dimulai. Dengan demikian, kelas menjadi lingkungan yang dinamis. Di mana siswa menguraikan apa yang telah mereka pelajari secara mandiri.
Model ini dalam dunia pesantren lebih dekat dengan metode sorogan, dimana santri (siswa) menyiapkan dan mempelajari terlebih dahulu kitab yang akan dipelajari atau dibacakkan di depan guru. Guru hanya menyimak bacaan santri, dan membenarkan bacaan dan pengertian yang kurang tepat.
2. Pemecahan masalah
Teknik ini digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa. Masalah yang diselesaikan bisa masalah pribadi, namun yang lebih baik adalah masalah bersama. Teknik ini dilakukan dengan diskusi, dimana guru secara penuh menjadi fasilitator dalam belajar. Sebagai fasilitator, guru memberikan stimulus dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan dimulai dari masalahnya apa? dilanjutkan dengan pertanyaan sebab masalah muncul, dan akibat dari masalah. Jawaban dari pertanyaan ini menjadi analisis masalah, analisis sebab masalah dan analisis akibat dari masalah. Metode yang paling mudah digunakan adalah metode problem tree (pohon masalah). Masalah menjadi batang pohon, sebab masalah menjadi akar (root), dan akibat dari masalah menjadi daun atau buahnya. Ada banyak metode lain yang bisa digunakan dalam menjalankan teknik pemecahan masalah ini.
Teknik pemecahan masalah ini bisa membantu siswa untuk terjun berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Karena teknik memecahkan masalah ini bisa menjadi alat untuk memimpin masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah di tengah-tengah masyarakat.
3. Belajar mandiri
Keingintahuan adalah pendorong utama pembelajaran. Sebagai prinsip dasar pembelajaran, tidak masuk akal untuk memaksa peserta didik mempelajari satu topik tertentu yang tidak ingin dipelajari karena tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Karena yang ada justru mereka akan enggan untuk mempelajarinya. Sehingga kuncinya adalah membiarkan peserta didik fokus mengeksplorasi area yang menarik minat mereka dan mempelajarinya sendiri.
Sebuah contoh sempurna dari teknik pengajaran yang didasarkan pada belajar mandiri diuraikan oleh Sugata Mitra pada konferensi TED. Dalam serangkaian percobaan di New Delhi, Afrika Selatan dan Italia, peneliti pendidikan Sugata Mitra memberikan tugas kepada peserta didik untuk akses secara mandiri ke internet.
Hasil yang diperoleh dapat merevolusi cara kita berpikir tentang mengajar. Peserta didik yang bahkan tidak tahu apa itu internet, mampu melatih diri mereka dalam berbagai mata pelajaran dengan mudah dan tidak terduga.
4. Gamifikasi (Permainan)
Ini merupakan teknik mengajar dengan menggunakan permainan. Metode ini adalah salah satu metode pengajaran yang telah dipraktekkan terutama dalam pendidikan dasar dan pra-sekolah. Namun, tidak hanya pada pendidikan dasar, untuk usia yang lebih dewasa juga cukup efektif. Dengan menggunakan permainan, siswa belajar tentang tema atau masalah tertentu tanpa menyadarinya.
Oleh karena itu, belajar melalui permainan atau ‘gamifikasi‘ adalah teknik belajar yang bisa sangat efektif pada usia berapa pun. Ini juga merupakan teknik yang sangat berguna untuk membuat siswa tetap termotivasi.
Guru harus merancang program yang sesuai untuk peserta didik dengan mempertimbangkan usia dan pengetahuan mereka, sambil membuat mereka cukup menarik untuk memberikan motivasi tambahan. Salah satu contohnya adalah dengan berbagai alat pembelajaran. Misalnya dengan tali, bola, kelereng, botol dan lain sebagainya.
Banyak tersedia buku-buku tentang macam-macam game dalam belajar. Bahkan saat ini bisa dicari di internet, termasuk jika membutuhkan cara yang lebih nyata bisa dilihat di beberapa kanal Youtube.
5. Media Sosial
Guru dan siswa di seluruh dunia telah memiliki pengalaman belajar dengan memanfaatkan media sosial, yaitu ketika terjadi pandemi Covid-19 di dunia. Pada waktu itu media sosial menjadi alat belajar yang cukup baik. Hal ini dilakukan karena ada pembatasan sosial, dimana antar siswa dan siswa dengan guru tidak boleh saling bertemu satu dengan lainnya, untuk mengurangi penularan Covid-19.
Dari pengalaman yang sudah dilakukan, pengajaran dengan menggunakan media sosial dalam kondisi tertentu dirasa cukup baik, terutama dalam menyampaikan pengetahuan. Siswa bisa menerima pembelajaran dari masing-masing gadget atau komputer yang dimiliki. Pengetauan bisa tersampaikan ke siswa dengan baik, meskipun jauh tidak sebaik ketika bertatap muka langsung.
Cukup baiknya pengajaran melalui media sosial dalam menyampaikan pengetahuan ini, tidak diimbangi dengan kebaikan dalam mengembangkan keterampilan dan menumbuhkan sikap (akhlaq) yang baik. Melakukan latihan untuk mengembangkan keterampilan dan menumbuhkan sikap yang baik akan lebih efektif dengan melakukan tatap muka secara langsung.
6. Alat Pembelajaran Online Gratis
Ada sederetan alat pembelajaran online gratis yang tersedia yang dapat digunakan guru untuk mendorong keterlibatan, partisipasi, dan kesenangan di dalam kelas. Guru dapat membuat lingkungan kelas yang interaktif dan dinamis menggunakan, misalnya, aplikasi yang dikembangkan untuk pembelajaran secara online, baik yang bisa diakses secara gratis, maupun yang berbayar. Misalnya aplikasi Ruang Guru, yang berisi pembelajaran secara online.
7. Memberi Contoh
Apabila para siswa sedang diajari menulis, maka para siswa tersebutlah yang seharusnya lebih banyak mendapatkan peluang untuk menulis, bukan guru. Tugas seorang guru yang terpenting dalam hal ini yaitu memberi contoh dan dorongan persuasif kepada para siswa serta menata lingkungan belajar sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.
Teknik ini sangat baik terutama dilakukan untuk pembelajaran dalam pengembangan keterampilan dan pembentukan sikap. Dalam pengembangan keterampilan dibutuhkan latihan-latihan yang membutuhkan banyak contoh-contoh dari pengajar atau pelatih untuk dipraktekkan. Misalnya belajar menulis indah (khat Araby) atau membaca kitab kuning, teknik memberi contoh kepada peserta didik secara langsung, adalah cara yang paling efektif.
Begitu juga dalam pembentukan sikap, siswa banyak membutuhkan contoh atau teladan dari guru. Namun, dalam penguatan pengetahuan, pemberian contoh juga sangat perlu dilakukan, misalnya dalam pembelajaran ilmu-ilmu alat (Nahwu, Shorof, Balaghah dan Mantiq).
8. Brainstorming
Sederhananya, brainstorming adalah metode untuk menyelesaikan masalah dalam kelompok, atau berdiskusi dengan bertukar pikiran. Masing-masing anggota menyampaikan ide atau gagasannya dalam menyelesaikan masalah. Dalam menyampaikan ide, setiap anggota kelompok tidak melakukan kritik atau penilaian terhadap gagasan anggota lain.
Tujuan utamanya adalah untuk memecahkan masalah secara efektif, kreatif, dan inovatif.
Sedangkan manfaat brainstorming adalah untuk:
1. Membantu kita dalam memecahkan masalah dan memberikan perspektif yang baru dalam situasi yang sama;
2. Mengembangkan ide-ide yang berbeda dalam memberikan solusi yang belum terpikirkan sebelumnya;
3. Menolong dan mengembangkan kemampuan diri dalam pemahaman yang lebih baik;
4. Meningkatkan kinerja tim dan mengumpulkan ide-ide dari seluruh anggota tim;
5. Mendapatkan masukan dari anggota kelompok, dan mengajarkan kita untuk menghargai pendapat orang lain yang mungkin berbeda dengan pendapat diri kita.
(Alba)