"Sebuah pekerjaan yang tak ada liburnya, dimulai dari munculnya buah hati sampai entah kapan waktu yang tak ditentukan"
Ibu merupakan seorang perempuan yang mengandung kita sembilan bulan lamanya, menyusui dan merawat, dari buaian hingga dewasa, tak ada habisnya masa seorang ibu. Mulai dari lahir sampai wafat, kita tetap menjadi anak kecil beliau.
Keutamaan seorang ibu pernah disabdakan oleh baginda Rosulullah saat ditanyai oleh seseorang sahabat, siapakah yang paling utama. Nabi menjawab Ibu, lalu siapa Nabi, Beliau menjawab lagi ibu, sampai ke tiga kalinya, baru Ayah.
Betapa mulyanya Ibu jika dilihat dari hadits tersebut. Bahkan di dalam hadits yang lain juga di sebutkan bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu, bukan secara fisik tapi secara kiasan. Yang bermakna bahwa jika kita menginginkan surganya Allah, dengan cara menghormati dan menyayangi Ibu.
Suatu kesempatan juga nabi pernah di datangi oleh sahabat Jahimah, beliau ingin mengikuti perang dan meminta izin kepada Nabi, Nabi hanya menjawab apakah kamu masih mempunyai Ibu wahai Jahimah. Ia menjawab iya Nabi. Nabi pun tidak memberi izin kepadanya untuk ikut berperang, melainkan menyuruh Jahimah dengan menghormati dan merawat ibunya terlebih dahulu.
Kisah tentang penghormatan kepada Ibu juga terjadi di masa dahulu bahwa ada seorang anak yang memiliki ibu tua renta yang sakit--sakitan. Di malam hari anak tersebut dipanggil oleh ibunya untuk mengambilkan segelas air minum. Setelah sampai di kamar sang ibu, anak itu mendapati bahwa ibunya sudah tertidur pulas, anaknya pun menunggu sambil berdiri semalaman tersebab ia tak mau membangunkan ibunya yang sedang sakit.
Ibu-ibu hebat antara lain Siti Hajar, Ibunda nabi Ismail, dan Siti Maryam ibunda nabi Isa. Ibunda Siti Hajar sangat jelas peranannya. Beliau harus pontang-panting mencari rezeki di tengah gurun panas yang sangat menyengat antara Bukit Shafa dan Marwah. Hasilnya, air zam-zam. Awalnya memang untuk diri dan anaknya, tetapi kemudian berkembang untuk seluruh umat manusia, hingga saat ini. Bahkan mungkin hingga akhir zaman kelak.
Perbuatan beliau juga di jadikan rukun haji bagi seluruh ummat Islam yakni, Sa'i yaitu berlari kecil antara bukit Shifa dan Marwah. Sungguh haji adalah ibadah mulia yang meneladani dan menapatilasi semua perbuatan Mulia di zaman dahulu.
Siti Maryam pun demikian. Ia merintih kelaparan dan menahan sakit saat hendak melahirkan, hingga nyaris putus asa karena telah dituduh berbuat yang tidak baik. Apakah Siti Maryam diam saja? Tidak. Ia bangkit dan menggoyang pohon kurma yang berada di dekatnya hingga buah tanaman itu berguguran. Bukan saja untuk dirinya yang sedang kesusahan, melainkan juga untuk putranya, Nabi Isa AS.
Kisah lain datang dari sahabat Uwais Al-Qorni. Uwais Al-Qorni menggendong ibunya yang tua renta sambil berjalan kaki selama perjalanan dari Yaman menuju Mekkah untuk melaksanakan haji, melewati padang pasir yang tandus dan panas. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”
Belum lagi kisah para Ibunda pesantren (Ibu Nyai) dan Ibu guru. Mereka tabah mendidik anak kandungnya, diselingi dengan mendidik anak anak orang lain yang dititipkan pada mereka. Begitu kuat mental dan fisik beliau beliau seharian penuh mengajar anak orang lain, tapi tak juga lelah saat mengurus anak kandung nya sendiri. Hanya tersebab ingin mengamalkan ilmu yang dimiliki, seraya tak luput dari tugas seorang ibu bagi anak kandungnya.
Tak jarang ibunda pesantren ini lebih dekat dengan anak didiknya ketimbang dengan anak kandungnya. Karena banyaknya waktu yang dihabiskan pada anak didik untuk mengajar dan memberinya ilmu.
Kami, anakmu yang tak pernah dewasa di hadapanmu Bu, mengucapkan SELAMAT HARI IBU.
(Ahmad Afiq Alhamidy, Kelas 4A)