Oleh: Ahmad Afiq Alhamidy (kelas 4A Pa)
Nama kecil Kiai Djalil (KH Abdul Djalil Abdurrahman) adalah Muhammad Arif. Beliau putra ke empat dari perkawinan Kiai Abdurrahman dan Nyai Fatimah. Beliau lahir pada hari sabtu wage 17 Juli 1920 M, bertepatan tanggal 1 Dzulqo'dah 1339 H, di dusun Bulak Mojokrapak. Sebuah dusun yang tak seberapa jauh dari pondok Tambakberas Jombang.
Seperti anak kebanyakan di masa itu, beliau masuk di sekolah rakyat (SR) saat berusia 7 tahun. Selepas lulus dari sekolah rakyat, Beliau melanjutkan mesantren di desa seblak, pada Kiai Machfudz Anwar.
Selanjutnya Kiai Djalil mesantren ke Tebuireng di bawah asuhan Kiai Hasyim Asy'ari. Di Tebuireng, Kiai Djalil memulai mempelajari ilmu Falak dan Arudl yang menjadi spesialis beliau. Kiai Djalil juga dikenal kepakarannya dalam pelajaran ilmu Nahwu dan Faraidl.
Selepas dari Tebuireng berbekal restu orang tua dan guru, beliau menunaikan ibadah haji. Pada tahun ke dua haji beliau terpaksa pulang ke tanah air akibat gerakan Wahabi. Sepulang dari belajarnya di Tanah Haram Mekkah, pada tahun 1940 KH Abdul Djalil meneruskan belajar kepada KH Machfudz Salam Kajen Pati Jawa Tengah. Kiai Mahdudz Salam masih terhitung sepupu KH Bisri Syamsuri Denanyar. Kiai Machfudz Salam merupakan ayah dari KH Sahal Mahfudz.
Pada tahun 1945, KH Abdul Jalil menuju pesantren Trowulan yg diasuh KH Dimyati untuk memperdalam ilmu Falak beliau. Di tahun yang sama, KH Abdul Jalil dinikahkan dengan seorang gadis yang bernama Sholihah dari dusun Balongrejo, putri KH Muhammad Arif yang merupakan sahabat dari KH Abdurrahman. Dari pernikahan beliau berdua, dikaruniai 13 putra putri.
Kiai Djalil sangat tekun mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang-orang terpandang dengan cara menjalankan ilmu agama dan duniawi secara bersamaan.
Pada tahun 1983, Kiai Djalil menjadi kepala Madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang, menggantikan KH Amanullah AR, sedangkan KH Ahmad Nasrullah AR menjadi wakil beliau.
Selain dikenal amat istiqomah dan disiplin dalam mengajar, Kiai Djalil juga membuat kitab taqrirot (kitab yang menjelaskan kitab matan). Kitab-kitab tersebut ditulis dengan tulisan tangan beliau sendiri.
Kiai Djalil yang menguasai berbagai fan ilmu, menulis berbagai Taqrirot, antara lain:
1. Pada fan ilmu Nahwu, berupa Nadzom Alfiyah Ibnu Malik karya Imam Ibnu Malik yang oleh kiai Djalil dijabarkan dengan jadawil/tabel. terdiri dari 2 jilid.
2. Pada Fan ilmu Faraidl, Kiai Djalil menulis penjelasan Nadzom Iddatul Farid karya imam Sa'id bin Sa'ad al-Hadromy.
3. Pada fan ilmu Arudl, Kiai Djalil menulis penjelasan kitab Mukhtashor Syafi karya Syekh Muhammad Ad Damanhuri.
4. Pada Fan ilmu Falak, kiai Djalil menulis dua kitab penjabaran. Sebagai penjelasan Sullamun Nayyiroyn. Satu kitab karya Kiai Djalil, berupa kalam natsar dan satu kitab khusus tabel latihan soal ilmu Falak.
Penulisan taqrirot oleh beliau ini, bertujuan untuk memudahkan para santri dalam belajar. Motif pendorong lain Kiai Djalil menulis kitab taqrirot ini adalah berawal dari kebiasaan para santri Tebuireng tempo dulu. Mereka terbiasa menulis sendiri keterangan dari pelajaran yang diberikan oleh guru. Termasuk Kiai Djalil yang menulis keterangan lengkap dari beberapa ilmu yang beliau sangat kuasai.
Beliau juga mampu menyederhanakan pelajaran-pelajaran yang sulit dalam ilmu Faraidl dan ilmu Nahwu dengan penguasaan materi di luar kepala.
Taqrirot karya Kiai Djalil memang berbeda dengan taqrirot pada umumnya, biasanya mencukupkan diri dengan menukil redaksi sebagian isi kitab syarah.
Taqrirot karya Kiai Djalil tidak menukil teks kitab syarah, melainkan langsung disajikan dengan dijadikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah belajar.
Dalam kajian modern, metode tabel tersebut disebut metode mind mapping. Metode mind mapping (peta pikiran) ini dikemukakan oleh Tony Buzan pada awal tahun 1970. Mind mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut bisa menggunakan peta pikiran, tabel, panah atau yang lainnya menurut pola berfikir seseorang. Jauh sebelum itu, para Kiai Pesantren telah menggunakan pola tersebut untuk memudahkan menjelaskan. Baik dengan bagan panah ataupun tabel.
Kitab Taqrirot karya Kiai Djalil sendiri, diajarkan di beberapa kelas di madrasah Muallimin Muallimat Tambakberas Jombang. Kitab Nahwu jilid 1 di kelas 1B, 2B, dan 2A. Kitab nahwu jilid 2 di kelas 2B, 3A, 3B, hingga nantinya khatam di kelas 4.
Kitab ilmu Faraidl di kelas 2A dan 2B. Kitab tentang ilmu Arudl dan Falak, diajarkan di kelas 4 hingga kelas 6 nantinya.
Para siswa hendaknya meniru sikap dan prilaku KH Djalil dalam hal keilmuan dan langkah- langkah beliau dalam belajar. Yakni dengan membuka dan mempelajari kitab Syarah. Tidak hanya mencukupkan diri dengan belajar kitab matan. Para santri hendaknya memperbanyak musyawarah dan mencoba menulis sendiri kesimpulan yang didapat dari kitab syarah yang telah dipelajari tersebut. Agar generasi santri saat ini menjadi pribadi seperti Kiai Djalil yang Istiqomah, menginspirasi banyak orang, dan produktif menulis karya tulis.