Muallimin Online,
Pembangunan fisik (mulki, kerajaan fisik) yang dilakukan oleh manusia meskipun kelihatan baik, tetapi jika tidak sampai pada al Malikul Haq (dzat yang merajai kebenaran), maka pembangunan itu tidak akan pernah menyentuh pembangunan non-fisik (malakut, alam ilahi, mental spritual). Hal tersebut dikemukakan oleh KH Abdul Qoyyum, kiyai muda dari Lasem Rembang Jawa Tengah dalam ceramah acara Haul KH Abdul Fattah Hasyim pada Kamis (13/03).
Pria yang akrab disapa Gus Qoyyum tersebut membuka ceramahnya dengan mengambil sebuah cerita dari Hadist Nabi Muhammad SAW yang diceritakan oleh Abu Ya’la yang tertulis dalam kitab Musnad Abu Ya’la. “Rasullah pernah datang ke rumah seseorang yang ada bangunan kubah-nya. Nabi SAW menampakkan wajah yang kurang senang saat mendatangi rumah tersebut”, terang Gus Qoyyum.
Lebih lanjut Gus Qoyyum menjelaskan, “Saat pemilik rumah bertanya kepada salah satu sahabat, dia mendapat jawaban, kemungkinan Nabi SAW tidak senang senang dengan bangunan kubah yang ada di rumah tersebut. Kemudian pemilik rumah segara merobohkan bangunan kubah tersebut”.
Cerita dalam Hadist tersebut berkaitan dengan konsep “mulki” dan “malakut”. Mulki berarti kerajaan fisik dan malakut berartai kerajaan batin (ilahi). “Manusia itu, meskipun pembangunan fisik-nya (mulki) baik, tetapi jika tidak pernah sampai pada al malaikul haq, pemilik malakut, maka pembangunan yang dilakukan masih belum dikatakan baik”. terang Gus Qoyyum.
Dalam acara Haul tersebut tampak hadir Majelis Pengasuh PP Bahrul Ulum, KH Hasib Wahab, Ketua PCNU Jombang dan jajaran pengasuh serta pengurus Yayasan PP Bahrul Ulum, Dr. KH Isrofil Amar dan jajaran pengurus NU Jombang, kalangan ulama di Jombang dan, alumni PP Bahrul Ulum dan Pondok Peantren Putri Alfathimiyyah.
Dalam manaqib (biografi) KH Abdul Fattah Hasyim yang disebarkan panitia, tertulis bahwa Kiyai Fattah adalah pendiri Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum Tambakberas dan merupakan Kiyai yang gigih berjuang di Nahdlatul Ulama.
Kiyai yang juga paman KH Abdrurrahman Wahid (Gus Dur) dan mertua KH MA Sahal Mahfudz ini, juga merupakan pendidik yang mumpuni secara keilmuan dan karomahnya, dimana Gus Dur sendiri juga pernah lama berada di bawah bimbingannya.
Acara Haul tersebut, meskipun diiringi gerimis yang cukup lebat, tetapi undangan sekitar 1000 orang tidak beranjak dari tempat duduk sampai acara selesai dan do’a penutup dibacakan. (m.a.)