Dari berbagai profesi yang digeluti alumni Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas, profesi Husen Rifai adalah salah satu profesi yang cukup unik.
Alumni tahun 2016 memanfaatkan boneka, yang dia beri nama Kĕkĕ, sebagai media pembelajaran untuk anak-anak TPQ. Dia mendongeng didepan anak-anak dengan tema-tema keagamaan Islam menggunakan media boneka tersebut. Tentu akan tambah menarik bagi anak-anak.
Lelaki yang lahir di Jombang ini, saat ini tinggal di Babatan Sumberjo Wonosalam Jombang. Selain sebagai pendongeng, dia saat ini juga sebagai pengajar muatan lokal (Mulok) Keagamaan Di SMPN 2 Wonosalam.
Menurutnya, setelah lulus dari Madrasah Muallimin Muallimat, dia melanjutkan studi di di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU). “Saya mengambil Prodi Sastra Inggris, dan kala itu saya mendapat beasiswa yang diselenggarakan oleh US Embassy Jakarta berupa program English Access Microscholraship selama 2 tahun”, katanya.
Bagi dia menjadi pengajar (guru) merupakan implementasi dari apa yang pernah diampaikan KH Abdul Nasir Fattah. “Saat kami kami para mutakhorijin tahun 2016 sowan, beliau mengatakan: ketika jadi alumni jika masih mampu maka lanjutkan belajar, kalau tidak ya mengajar”, lanjutnya.
“Jadi setelah lulus dari Muallimin saya mengajar di asrama Pondok Al-Falah Darul Ulum sampai tahun 2021, bersamaan itu, saya juga mengajar diniyyah Di SDN Wuluh 2 Kesamben Jombang mulai tahun 2019 sampai tahun 2021. Sejak tahun 2021 sampai sekarang mengajar diniyyah di Pondok Pesantren Fattahul Muhibbin Babatan Sumberjo Wonosalam. Bersamaan dengan itu, mulai 2022 sampai sekarang mengajar mulok Agama Di SMPN 2 Wonosalam”, ceritanya.
Bahkan sejak tahun 2021, Husen secara rutin memberikan les belajar ke anak-anak di pelosok desa dengan tanpa memungut imbalan. Yang menarik, sejak tahun 2021 dia menjadi pendongeng yang menggunakan media boneka di beberapa sekolah dan Taman Pendidikan Al Quran yang ada di sekitar Wonosalam dan Jombang.
“Banyak manfaat yang saya dapatkan ketika menjadi pendongeng, terutama bertambahnya teman (relasi). Lembaga atau perorangan ketika membutuhkan dongeng, otomatis saya yang dipanggil karena sudah diketahui sebagai pendongeng. Seperti ketika dipanggil di Pondok Al-Muhibbin kala itu moment sebelum anak pulang. Undangan kedua di Ponpes Al-Muhibbin bersama TPQ Al Muhibbin dalam rangka Halal Bi Halal. Selain dari relasi yang banyak, ilmu yang diajarkan ketika di Muallimin akan memberi tambahan wawasan ketika akan bercerita”, terangnya.
Saat belajar di Madrasah Muallimin Muallimat ada kenangan yang diingat Husen. Dia merasa bersyukur karena masih bisa berkesempatan belajar ke Kiai Sulton Abdul Hadi. “Beliau ketika memberikan makna dalam kitab, selain menggunakan Bahasa Jawa, beliau juga sering maknai menggunakan bahasa Inggris, terkadang juga bahasa Arab. Nah, karena Kiai Sulton inilah, kemudian mendorong saya untuk bisa berbicara bahasa Inggris, yang selanjutnya saya mengambil jurusan bahasa inggris”.
Sekolah Muallimin adalah sekolah yang menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Meskipun awalnya dia merasa minder namun selanjutnya merasa nyaman. “Dulu awalnya minder saat masuk Muallimin, karena banyak siswa yang umurnya sudah tua. Namun ternyata mereka (kakak tingkat ramah semua), bahkan selalu mengayomi adik kelasnya. Saya melihat sekolah diluar banyak yang berbudaya senioritas, di Muallimin tidak”, kenangnya.
Ada satu kenangan yang tidak bisa dilupakan Husen, yaitu ketika ada pemilihan ketua OSIS. Saat itu dia mengaku masih sebagai anak yang kolot, kurang bisa berdialektika di depan umum. “Hanya saja saya punya modal selalu tersenyum untuk semua. Akhirnya teman-teman satu angkatan menunjuk saya sebagai kandidat ketua OSIS”, katanya.
“Saya masih ingat sebagai kandidat terheboh. Karena kandidat yang lain sangat jago dalam berorasi. Namun saat saya tampil di depan, saya hanya bilang hoii…. sambil menunjuk kesemuanya (karena waktu itu mereka sangat ramai) seketika semua diam dan tertawa. Saya gemeteran, karena ditertawakan lebih dari 1000 siswa. Itu pengalaman pertama, yang membuat saya hamper menangis dan langsung turun podium”, lanjutnya.
Ketika itu dia menduga akan kalah, disamping tidak berniat mencalonkan diri, juga tidak sebaik yang lain. Namun setelah dilakukan pemilihan suara, ternyata suaranya paling banyak dan menang. “Dari pengalaman itu mental saya mulai terbangun dan tidak terlalu takut berhadapan dengan orang banyak, dan menjadi bekal bagaimana menghadapi orang banyak”, kenangnya.
Pesan yang disampaikan Husen kepada adik-adik yang masih belajar di Muallimin Muallimat agar terus semangat dalam belajar, terutama jangan banyak tidur ketika disekolah yakin. “Saya pribadi menyesal karena dulu banyak tidur dan kurang belajar, tapi alhamdulillah bisa naik kelas terus. Mungkin benar bahwa, doa dari Kiai Muallimin selalu menyertai kita. Karena itu jangan kuatir dengan apa yang akan terjadi. Semangat dalam berposes jangan berhenti karena sebuah kegagalan, doa Kiai tak pernah diragukan”, tutupnya. (ma)