Beberapa hari ini masyarakat dibuat gaduh dengan kabar usulan kenaikan biaya haji tahun 2024 oleh Kementerian Agama. Usulan itu diajukan menjadi sebesar Rp105 juta atau naik sekitar 10 persen. Usulan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) ini disampaikan Menteri Agama Gus Yaqut Cholil Qoumas dalam Rapat Kerja bersama Komisi VIII DPR RI. Pembahasan di gedung DPR beberapa waktu lalu itu sekaligus menjelaskan pembentukan Panja BPIH 1445H/2024M. Setelah mendapatkan kritikan, penolakan serta masukan tentang rasionalisasi perkiraan BPIH, akhirnya Usulan biaya haji tersebut turun sebesar Rp10,7 juta dari usulan awal yang sebesar Rp105 juta.
Usulan kenaikan biaya haji tersebut seketika mengingatkan pada syair karya Bayram Al-Tunisy berjudul “Da’any Li Baituh” yang berarti Allah memanggilku untuk ke Baitullah. Syair ini digubah oleh kompuser Zakaria Ahmed kemudian dinyanyikan oleh Umi Kulsum, seorang penyanyi legendaris dijuluki “Al-Kawkab al-Syarq” (Bintang dari Timur) dengan judul “El-Qalb Yaashaq Kulli Gamil” (Hati selalu menyukai setiap keindahan). Lagu ini dinyanyikan oleh Umi Kulsum pertama kali tahun 1971 tepat sepuluh tahun setelah wafatnya Bayram Al-Tunisi.
Penyair Mahmoud Muhammad Mustafa Bayram Al-Hariri, yang dikenal sebagai Bayram Al-Tunisi, lahir pada tanggal 23 Maret 1893 dari sebuah keluarga Tunisia yang tinggal di lingkungan Al-Sayala di kota Alexandria. Di awal masa mudanya, seni menghubungkannya dengan Sayed Darwish, kemudian persahabatan mereka semakin erat setelah mereka dipertemukan dalam pentas seni malam artistik yang disaksikan oleh masyarakat umum di Alexandria saat itu. Bayram seorang penyair yang kerap mengkritik pemerintah dengan syair perjuangan, nasionalis, cinta tanah air yang dianggap menjadi ancaman dan mengobarkan semangat nasionalisme bangsa Mesir yang kala itu masih dibawah jajahan kolonialisme, akibatnya ia diasingkan ke Tunisia dan Prancis, ketika revolusi Mesir terjadi pada tahun 1952, Bayram kembali ke negaranya dan mendapatkan kewarganegaraan Mesir lagi pada tahun 1954. Tahun 1960 Presiden Gamal Abdel Nasser memberikan penghargaan dibidang seni dan sastra. Belum genap satu tahun negara Mesir mengapresiasi jasa-jasanya, ia wafat 5 Januari 1961 setelah ia menyandang gelar seniman rakyat, pejuang kemerdekaan dan sosial, sang patriot dan penyair negeri piramida.
Umi Kulsum dan Bayram Al-Tunisi pertama kali bertemu tahun 1939 saat syuting film Salama, yang dibintanginya sendiri bersama Yehia Shaheen, Hussein Sedqi, Zoz Nabil, Abdel Waris Aser, Fouad Syafiq dan Rafia Al-Shall dan disutradarai oleh Togo Mizrahi, warga Mesir keturunan Italia. Dalam film Salama, Umi Kulsum menyanyikan sekumpulan lagu yang semua liriknya dibuat oleh Bayram al-Tunisi dan digubah oleh kompuser Zakaria Ahmed, kecuali lagu They Said I Love yang ditulis oleh Ali Ahmed Bakathir dan digubah oleh Riyad al-Sunbati yang dinyanyikan Ummu Kulsum dalam film tersebut.
Sementara lagu “El-Qalb Yaashaq Kulli Gamil” merupakan kisah perjalanan spiritual Bayram Al-Tunisi yang dulu kala ia merasa menjadi seorang yang bergelimangan dosa, kemudian Allah memanggilnya untuk menunaikan Ibadah Haji Sowan ke Baitullah, disana ia menemukan kedamaian hati dan membayangkan dirinya berada di surga, dan ia berharap nasib semua orang yang dicintainya akan seperti nasibnya.
Umi Kulsum dikenal dengan kemampuan dan gaya vokalnya yang luar biasa, dan ia merupakan salah satu penyanyi Arab terbesar dan paling berpengaruh di awal abad ke-20, di mana ia telah menjual lebih dari 80 juta rekaman di seluruh dunia. Sampai saat ini belum ada yang memecahkan rekornya. Sekilas jika kita lihat konsernya, musik pembuka baru dimainkan gemuruh tepuk tangan penonton, ia berdiri dari tempat duduknya dan menggerakkan sedikit tangannya gemuruh tepuk tangan lagi. Dan yang membuat kita takjub, penontonnya rapi, pakai pakaian resmi, jaz bersepatu, ada juga yang ber-imamah ala pakaian adat arab. Tidak mengherankan jika ia mempunyai penggemar di seluruh dunia, terutama di Indonesia.
Nama aslinya Fatimah Ibrahim Al-Sayeed Al-Biltagi. lahir di Desa Tamay Ez-Zahayra di El Senbellawein, Kegubernuran Dakahlia, Mesir, di Delta Nil, dekat Laut Mediterania. Tanggal 31 Desember 1898, versi lainnya 31 Desember 1904. Ia dikenal dengan nama Umi Kulsum. Ia belajar menyanyi dengan mendengarkan ayahnya mengajari kakaknya, Khalid. Di usia muda dia menunjukkan bakat bernyanyi yang luar biasa. Ayahnya, seorang imam di masjid setempat, mengajarinya untuk melafalkan Al-Qur'an, dan ia dikatakan telah menghafalkan keseluruhan Al-Qur’an. Saat berusia 12 tahun. Pada tahun 1944, Raja Farouk I Mesir memberikannya gelar Bintang tertinggi (Nishan el kamal), gelar yang disediakan secara khusus kepada anggota keluarga kerajaan dan politisi. Presiden Gamal Abdel Nasser dan Presiden Soekarno ternyata penggemar berat Umi Kulsum terutama lagu yang berjudul "Wallāhi Zamān, Yā Silāḥī".
Sekitar tahun 1965, Umi Kulsum mulai berkolaborasi dengan komposer Mohammed Abdel Wahab. Lagu pertamanya yang disusun oleh Abdel Wahab, "Enta Omri" (Kau Adalah Hidupku), dianggap sebagai "pertemuan puncak". Beberapa lagu indah yang dibuat oleh Abdel Wahab diikuti, seperti "Amal Hayati" ("Harapan Hidupku"), "Fakkarouni" ("Mereka Mengingatkanku), dan lain sebagainya. Pada bulan Mei 1967, tepat sebelum perang Enam Hari (Youm Keppoor), ia terdengar dari Radio Kairo dan Radio Damas menyanyikan lagu "Pembantaian, pembantaian, pembantaian dan tidak mengasihani ..." terhadap Zionis Israel. Sumber lain menyebutkan pembuatan nyanyian perang. Laura Lohman telah mengidentifikasi beberapa lagu perang lainnya yang diciptakan untuknya pada periode yang sama. Pada tahun 1969 diikuti oleh lagu lainnya "Asbaha al-Ana 'indi Bunduqiyyah" (Berikan aku senapannya).
Umi Kulsum wafat pada 3 Februari, 1975, pada usia 76 tahun. Prosesi pemakamannya menjadi acara nasional, dengan sekitar 4 juta penduduk Mesir yang berduka di jalanan berjejer untuk melihat sekilas saat kerandanya berlalu. Bahkan dilaporkan bahwa kehadiran pemakamannya menarik audiensi yang lebih besar daripada mendiang presiden Gamal Abdel Nasser saat itu.
Berikut ini syair lagu kerinduan pada Baitullah karya Bayram Al-Tunisi yang dinyanyikan oleh Umi Kulsum, pada tiap musim Haji terkadang masih sering diputar di Taksi yang mengantarkan keliling Tanah Haram:
القلب يعشق كل جميل، وياما شفتِ جمال يا عين
Hati selalu menyukai segala hal yang indah, ohh betapa indah yang tampak oleh mata
واللي صدق في الحب قليل، وإن دام يدوم يوم ولا يومين
Yang benar-benar cinta memang sedikit, meskipun bertahan, cintanya hanya sekejap, hanya satu atau dua hari saja
واللي هويته اليوم دايم وصاله دوم
Dan yang kucinta kini adalah sebenarnya cinta yang maha Abadi selamanya
لا يعاتب اللي يتوب، ولا بطبعه اللوم
Dia tak pernah menyalahkan hambanya yang taubat, juga mencela bukanlah tabiatNya
واحد مافيش غيره ملا الوجود نوره
Tiada yang lain hanya Dia (Tuhan), yang cahayanya menyinari alam semesta
دعاني لبيته لحد باب بيته
Dia memanggilku dan akupun memenuhi, hinggal sampailah aku di pintu rumahNya (Baitullah)
واما تجلى لي بالدمع ناجيته
Hingga keagunganNya menyadarkanku, diiringi deraian air mata, aku memohon pertolonganNya
******* *******
كنت ابتعد عنه وكان يناديني
Aku pernah menjauh dariNya, dan Dia memanggilku
ويقول مصيرك يوم تخضع لي وتجيني
Seakan Dia (Tuhan) berkata: “suatu hari jalan takdirmu pasti akan berserah diri dan datang padaKu”
طاوعني يا عبدي طاوعني انا وحدي
Hambaku, cukup patuhlah ! patuhlah hanya kepadaKu !
ما لك حبيب غيري قبلي ولا بعدي
Kau takkan mempunyai kekasih sejati selain Aku, entah sebelum maupun sesudah nanti
أنا اللي أعطيتك من غير ما تتكلم
Akulah yang memberimu nikmat meski tanpa kau minta
وانا اللي علمتك من غير ماتتعلم
Akulah yang memberikan ilmu tanpa kau susah payah mencarinya
واللي هديته إليك لو تحسبه بإيديك
Jika kau hitung dengan jarimu, dengan apa yang telah kuberikan padamu
تشوف جمايلي عليك من كل شيء أعظم
Kau akan menyadari bahwa indahnya kasih sayangKu kepadamu melebihi apapun
سلم لنا تسلم
Berserah dirilah padaKu !, maka selamatlah engkau !
مكة وفيها جبال النور طالّة على البيت المعمور
Makkah dengan Jabal Nur nya, yang memancar hingga Baitul Ma’mur
دخلنا باب السلام غمر قلوبنا السلام
Saat memasuki Bab Al-Salam seketika kedamaian merasuki hatiku
بعفو رب غفور
Berkat ampunan Tuhan yang ampunanNya luas tak terbatas
فوقنا حمام الحما عدد نجوم السما
Burung Dara terbang di atas, bagai bintang-bintang di langit angkasa
طاير علينا يطوف ألوف تتابع ألوف
Terbang berputar-putar di atas kita, ribuan mengikuti irama ayunan ribuan lainnya
طاير يهني الضيوف بالعفو والمرحمة
Seakan memberikan salam selamat kepada para tamu yang memperoleh ampunan dan kasih sayang
واللي نظم سيره واحد ما فيش غيره
Dan siapakah yang mampu mengepakkan sayap itu, tiada lain hanya Dia yang Maha Satu
******* *******
جينا على روضه هلا من الجنة
Kami datang sowan (Baginda Nabi Muhammad) di Raudhah laksana taman surga
فيها الأحبة تنول كل اللي تتمنى
Dimana para kekasih mendapatkan segala yang mereka cita-citakan
فيها طرب وسرور وفيها نور على نور
Ada pujian suka-cita dan kebahagiaan, ada juga cahaya di atas cahaya yang terang
وكاس محبه يدور واللي شرب غنى
Gelasnya kekasih yang beredar dan yang minum berdendang
وملايكة الرحمٰن كانت لنا ندمان
Malaikat penyayang turut mendoakan kita yang dalam keadaan penyesalan
بالصفح والغفران جاية تبشرنا
Kemudian membawa kabar gembira akan diterimanya maaf dan ampunan
يا ريت حبايبنا ينولوا ما نلنا
Semoga para kekasih mendapatkan apa yang kita dapatkan
يا رب توعدهم يا رب يا رب واقبلنا
Ya Rabb, berikanlah secercah harapan bagi mereka, dan terimalah taubat kami semua
دعاني لبيته لحد باب بيته
Dia (Tuhan) memanggilku dan akupun memenuhi, hingga sampailah aku di pintu RumahNya.
Video Clip asli durasi 38:55 menit konser Umi Kulsum “El-Qalb Yaashaq Kulli Gamil” di Abu Dhabi UEA tahun 1971 :
Wallahu a’lam bi al Shawab.
Tambakberas, 24 November 2023
H. Muhyiddin, Lc., MM Staf Pengajar Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 6 Tahun Pond. Pest Bahrul Ulum Tambakberas Jombang