Mualimin Online,
Masih dinaungi mendung kesedihan, yang menggelantung di atas awan kegulana-an, peringatan hari ke-2 wafatnya murobbi arwahina, KH Abdul Nashir Fattah, tadi malam, Senin (29/08) diselenggarakan dengan penuh khidmat.
Dalam kegiatan yang dihadiri ribuan orang tersebut, dilakukan pembacaan Surat Yasin dan Tahlilan, dipimpin KH M Yahya Chusnan, isyhad (persaksian) oleh KH M Imron Rosyadi Malik dan, doa oleh KH Masduqi Surabaya.
Dalam isyhad-nya, pria yang akrab disapa Gus Im tersebut menyampaikan tentang ke-luar biasa-an KH Abdul Nashir Fattah. "Kiai Nashir itu adalah orang yng luar biasa (yang dididik) dengan guru yg luar biasa", katanya membuka isyhad dalam kegiatan yang diselenggrakan di ndalem almarhum.
"Sebetulnya alfaqir ini tidak pantas memberikan isyhad untuk Kiai Nashir, karena kami ini muridnya, yang kemudian beliau beri amanah untuk mendampingi di Muallimin", kata Gus Im melanjutkan.
"Kiai Nashir itu dari sisi nasab. Min haistu nasab, beliau itu al karim ibnul karim ibnul karim (orang mulya, putra dari orng mulya dan cucu orang mulya). Beliau ini putranya KH Abdul Fattah Hasyim dan cucu-nya KH Bisri Sansuri", terangnya.
Lebih lanjut, Gus Im menyampaikan isyhad-nya dengan menguraikan tentang tiga sifat Kiai Nashir. "Kiai Nashir itu multi kebaikan. Muasyarah beliau di pondok, di madrasah dan di Nahdatul Ulama membawa kebaikan semua. Namun kami hanya bisa menyampaikan beberapa hal. Pertama, Kiai Nashir itu faqih. Ahli Fiqih", sambungnya.
"Mohon cerita saya ini dikoreksi jika keliru, terutama kepada keluarga Kiai Jamal (KH Jamaludin Ahmad). Satu waktu ada tamu sowan ke Kiai Jamal bertanya tentang masalah fiqih, namun Kiai Jamal menyarankan untuk sowan dan bertanya ke Kiai Nashir", kata Gus Im membuka cerita.
"Kita tahu Kiai Jamal itu juga ahli fiqih tapi karena ketutup oleh keahlian beliau dalam tasawuf, sehingga ahli fiqih-nya tidak keliahatan. Karena Kiai Jamal itu dalam bidang fiqih menyusun kitab qowaidul fiqih judulnya al Inayah, dan kitab ushul fiqih yang mensyarahi kitab Waraqat, yang diberi judul Miftahul Wushul", jelas Gus Im.
"Namun untuk mengakui kefaqihan Kiai Nashir dan sebagai pengakuan Kiai Jamal akan kefaqihan Kiai Nashir, Kiai Jamal menyarankan kepada orang yang bertanya tentang fiqih untuk bertanya ke Kiai Nashir", sambungnya
Kedua, menurut Gus Im, Kiai Nashir adalah orang yang Zuhud. Sosok kiai yang mempunyai sifat:
عدم أو قليل علاقة قلبه بالدنيا لكثرة علاقته بالاخرة
(Tidak ada atau sedikit sekali ketergantungan hatinya dengan dunia, karena besarnya ketergantungan hatinya dengan akhirat)
Hal itu di tandai dangan kedermawanannya dan pengorbanan tenaga, fikiran dan waktu untuk kepentingan agama, Nahdlatul Ulama, Madrasah dan santri.
Ketiga, beliau adalah sosok kiai mutamassik. Dengan kata lain, beliau adalah sosok kiai yang aqwal (ucapan) a'mal (perbuatan) dan ahwalnya (tingkah laku) selalu berpegang teguh dan konsisten pada nilai-nilai agama.
Di akhir Isyhad-nya, Gus Im menyampaikan sebuah syiir Arab dalam bahar Thowil, yang disusun paska pemakaman Kiai Nashir, yang menguraikan tentang ketiga sifat di atas
.
فقيه كبير زاهد متمسك # أقر بذا المربي مرزوقي السالك
بكى بفراقه الانام السناتر # هو شيخنا الكريم عابد الناصر
"Beliau adalah pakar fiqh, yang zuhud terhadap dunia, yang selalu berpegang teguh dan konsisten terhadap ajaran agama.
Hal tersebut diakui oleh KH Marzuqi Mustamar (dalam pidato ketika pemakaman beliau Kiai Nashir)
Sanaatir (santri-satri) Bahrul Ulum menangis Karena harus berpisah dengan beliau (meninggal ).
Beliau adalah Kiai kita yang mulya KH Abdul Nashir Fattah". (ma)