Muallimin Online,
“Kami berharap dalam proses pembelajaran, para guru bisa menjadikan Ruangan Guru sebagai tempat untuk berdiskusi tentang perkembangan anak didik kita. Terutama anak kelas 1A, 2A dan 3A. Memang mengajarnya lebih berat, daripada guru kelas 4, 5 dan 6, yang sudah matang dan memiliki dasar dalam belajar materi-materi pelajaran yang sudah diajarkan di kelas 1, 2 dan 3. Karena itu, saya berharap kepada para guru kelas A untuk sering-sering berdiskusi antar guru,” demikian point penting yang disampaikan KH Abdul Rokhim Maruf, saat memberikan sambutan pengarahan atas nama Kepala Madrasah dalam Rapat Guru Program Khusus Kelas A.
Lebih lanjut Pak Rokhim juga menjelaskan tentang gagasan pendirian Program Khusus Kelas A. “Program A pertama kali dibuka, kami dari pimpinan masih ragu. Program ini dibuka di tengah semester. Selanjutnya disusun silabi kelas 1A dengan tergesa-gesa. Beberapa kali diadakan rapat pimpinan untuk menyusun silabi tersebut. Saat ini, kelas 1A sudah berjalan selama 6 tahun. Siswa angkatan pertama sudah kelas 6. Sementara hasilnya saat ini, ada yang mampu ada yang tidak, tetapi secara umum berjalan baik. Di kelas 1A ini dan kelas A semuanya, yang lebih spesifik adalah materi hafalannya, dan bagaimana dalam waktu yang singkat, siswa bisa membaca kitab,” katanya.
“Singkatnya, silabi yang sudah kita susun sudah saatnya perlu dilihat lagi untuk dilakukan revisi, agar bisa lebih kontekstual, dan bisa berjalan dan menghasilkan keluaran yang lebih baik," tambahnya.
Dalam Rapat yang diikuti sekitar 60 orang guru Program Khusus Kelas A, Ketua Program Khusus, KH Lukman Hakim juga menyampaikan beberapa hal penting, antara lain terkait motivasi guru dalam mengajar dan pendekatan dalam mengajar.
“Para bapak dan ibu guru yang punya jam mulai pagi sampai siang, di situlah ibadahnya. Di luar itu (melakukan selain mengajar, red) bukanlah ibadahnya, tetapi bisa dholim. Kepala desa yang wiridan khusyuk sepanjang hari, mulai pagi sampai siang tetapi tidak melayani masayrakat, maka itu dholim. Banyak orang ibadah yang justru malah bisa berdosa,” katanya membuka pengarahan.
"Mengajar di Kelas 1A dan 2A itu, yang paling penting adalah mengembangkan keterampilan (maharoh). Guru menulis kemudian murid memperhatikan, guru membaca murid menirukan, kemudian siswa diminta untuk membaca sendiri. Keterampilan yang kita kembangkan adalah mendengar, menulis dan, membaca Arab. Seperti misalnya pelajaran Khat. Kalau sudah berhasil, gampang. Kalau mengajarnya sungguh-sungguh, setelah setengah tahun itu tinggal jalan,” sambungnya.
Dalam sistem pendidikan nasional, belajar di sekolah itu dalam rangka mentransformasikan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan (skill) dan, karakter (akhlaq/budi pekerti). Di kelas 1A dan 2A yang lebih ditekankan adalah pengembangan keterampilan peserta didik, tentu dengan pengembangan karakter secara praktis.
Pak Lukman juga mewanti-wanti agar semua guru menuliskan semua mata pelajaran dengan tulisan Arab. “Semua mata pelajaran di kelas A harus ditulis dengan Arab, tidak boleh ditulis dengan tulisan Latin. Pertama-tama siswa diminta menulis nama guru-nya masing-masing, kemudian menulis namanya sendiri-sendiri, serta menulis mata pelajarannya dengan Arab,” pungkasnya.
Dalam rapat ini disepakati penyusunan silabus kelas 3A yang akan dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran: Mutholaah, Tauhid, Hadits, Akhlak, Nahwu, Shorof, Insya', Tafsir, Tareh Tasyri', Fiqih, Ushul Fiqh, Tareh Islam dan, Balaghoh. Guru kelas 3A bersepakat akan bertemu lagi dalam rapat tanggal Selasa (06/08/2019).
Sedangkan untuk kelas 1A yang dilakukan adalah merevisi silabus yang telah dirumuskan sebelumnya, dan akan melakukan Rapat lagi pada Senin (19/08/2019). (ma)