• madrasatuna.1953@gmail.com
  • 0321-865280 (Putri) / 0321-3083337 (Putra)
  • Home
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Sambutan Kepala Madrasah
    • Struktur Personalia Organisasi
    • Jenjang Belajar Dan Ijazah
    • Data Guru
  • Program
    • Program Strategis 5 Tahun (2023-2028)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2023-2024)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2024-2025)
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Download
  • Kontak

Al-Mahaasin (3)

  • Home
  • Berita
Artikel Jumat, 02-September-2022 16:04 1742

Perihal kematangan ilmu Kiai Nashir dalam tulisan sebelumnya, penulis merasa masih belum cukup mendeskripsikannya dengan baik. Maka dalam tulisan berikut, penulis akan sedikit menguraikan lagi bukti kematangan ilmu beliau sejauh yang penulis alami sendiri selama belajar dengan beliau.
Saat itu, Kiai Nashir mengadakan pengajian rutin kitab Shohih Muslim dan Fathul Mu’in setiap ba’da zhuhur yang bertempat di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum. Pengajian kitab biasanya akan dibuka dengan kitab Shohih Muslim baru kemudian dilanjutkan dengan kitab Fathul Mu’in. Pengajian ini diperuntukkan untuk seluruh santri walaupun saat itu ada penekanan bahwa pengajian ini dianjurkan untuk santri senior (pasca Madrasah Diniyyah Al-Qur’an Bahrul ‘Ulum). Kitab Shohih Muslim sebagaimana sudah diketahui merupakan kitab yang berisikan teks-teks hadits lengkap dengan rantai sanadnya. Bagi santri mbeling seperti penulis ditambah keadaan yang masih mengantuk karena baru pulang dari madrasah, pengajian ini menjadi begitu melelahkan karena sebelum menuju ke matan hadits-nya kita akan mengurutkan para rawi hadits yang nama-namanya asing bagi kita, belum lagi dengan keanekaragaman status hadits, ada shohih, hasan, hasan-shohih, dhaif dan sebagainya. Tetapi, seolah tahu bahwa para santrinya mulai lelah, yang dilakukan Kiai Nashir kemudian adalah menerangkan biografi singkat para rawi hadits tersebut, berusaha mencari faidah yang bisa diambil dari kehidupan para sahabat dan tabi’in, bahkan terkadang beliau menyebutkan tahun kelahiran dan tahun wafat para rawi yang dimaksud. Begitu pun ketika menerangkan tentang status hadits yang agak unik semisal hadits hasan-shohih. Penulis mengangguk-angguk ketika beliau memberikan kiasan bahwa hadits hasan-shohih adalah semisal ukuran seseorang yang dianggap lebih tinggi oleh orang yang pendek dan dianggap lebih pendek oleh orang yang tinggi. Penjelasan bahwa hadits hasan-shohih yang statusnya adalah multi penilaian dari standar hadits shohih yang umum dan standar hadits yang dicetuskan oleh Imam Tirmidzi menjadi lebih mudah dicerna.
Kiai Nashir juga adalah seorang ushuuliy (ahli ushul fiqh) yang ketika ditanyai masalah hukum maka beliau akan menjawabnya dengan kontekstual, tidak semua disamaratakan dengan jawaban teks-teks hukum Islam yang sudah tersedia. Pernah dalam suatu pengajian yang diikuti oleh masyarakat di sekitar daerah Kabuh, Kiai Nashir ditanyai mengenai hukum shalat jama’ah bagi perempuan yang dilaksanakan di masjid. Apabila merujuk teks hadits yang ada maka jawaban yang didapat adalah melaksanakan shalat jama’ah di masjid tidak lebih utama daripada melaksanakan shalat jama’ah di rumah.
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ
Begitu juga apabila melihat teks fiqh maka kita akan mendapatkan jawaban bahwa hukum shalat jama’ah bagi perempuan adalah sunnah, tidak lebih tinggi daripada bagi laki-laki yang berhukum fardhu kifayah, setidaknya itu yang tertulis dalam kitab Manhajut Thullab.
وهي لغيرهم (رجال أحرار مقيمين) سنة 
Namun, Kiai Nashir menjawab pertanyaan tersebut dengan melihat konteks yang lebih luas bahwa kemaslahatan umum lebih urgen, alih-alih mendapatkan jawaban, si penanya justru mendapatkan pertanyaan dari Kiai Nashir “Panjenengan ten meriki kepingin masjidnya rame nopo mboten?”. Ini adalah bukti bahwa Kiai Nashir mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan kacamata ushul fiqh.
Begitulah ciri khas ulama di sekitar kita. Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa sahabat Umar Ibn Khatthab itu faqih mujtahid dan fatwa-fatwanya dibukukan orang dan dikenal sebagai Fiqh Umar. Mungkin juga tak banyak yang tahu bahwa khalifah kedua ini muhdats, seorang wali besar. Beliau pernah mengomando pasukan muslimin yang berada di luar negeri cukup dari mimbar masjid di Madinah dan pernah menyurati dan mengancam sungai Nil di Mesir yang banyak tingkah. Namun manakibnya jarang atau mungkin malah tidak pernah dibaca orang. Umumnya orang hanya mengenal beliau sebagai pemimpin yang al-Qawwiyul Amien, yang kuat dan amanah. Hal yang sama, dengan pencitraan yang berbeda, terjadi pada Imam Syafi’i misalnya, karena sudah terlanjur terkenal di bidang fiqh, apalagi menciptakan kaidah ushul fiqh yang sangat jenius dan spektakuler, banyak orang yang lupa bahwa beliau sebenarnya juga menguasai ilmu hadis dan sastrawan yang handal, beliau memiliki antologi puisi yang kemudian dikenal dengan Diwan Asy-Syafi’i.
KH Abdul Wahab Hasbullah yang terkenal sebagai kiai negarawan dan organisator handal, tidak banyak yang mengetahui bahwa beliau adalah kiai yang menguasai ushul fiqh dan bahkan mempraktikan dengan luar biasa. KH Abdul Fattah Hasyim yang sudah masyhur sebagai Bapak Pendidikan di bumi Bahrul ‘Ulum ternyata seorang kiai yang begitu cinta dengan Al-Qur’an hingga dapat mengkhatamkannya ratusan kali dalam kurun waktu yang singkat. KH Moh. Djamaluddin Ahmad yang begitu dikenal sebagai ahli tasawuf dan ilmu-ilmu hikmah adalah juga kiai yang sangat produktif menulis, tulisan beliau menembus berbagai bidang keilmuan. KH M. Sulthon Abdul Hadi yang sering mengampu mata pelajaran fiqih dan variannya seringkali ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, beliau mendendangkan syi’ir dan bait ilmu-ilmu alat semisal Alfiyyah Ibn Malik, Al-Jauhar Al-Maknun, As-Sullam Al-Munawraq dan sebagainya.
Demikianlah umumnya tokoh besar, sering ‘divonis’ harus menjadi ‘hanya sebagai’ atau ‘dikurangi’ kebesarannya oleh citra kebesarannya sendiri yang menonjol. Kita tentu sulit untuk dapat melihat kebesaran seseorang tokoh secara utuh, paripurna, karena justru terkadang kita yang pertama-tama terperangkap dalam sisi kebesaran yang menonjol dari sang tokoh dan kemudian tidak bisa melepaskan diri. Mudah-mudahan kita mendapat berkah dari sekelumit kematangan ilmu para ulama ini, dan juga lebih jauh dapat menyerap suri tauladan mulia dari sirah dan perilaku beliau. Aamiin.

Oleh : Robi Pebrian 
 


 

 

 

 

Bagikan :

Tags

Muallimin Muallimat Tambak Beras

Data dan Fakta

Jumlah Rombel 83 Rombel
Jumlah Total Siswa 3.003 orang
Jumlah Siswa Putra 1.500 orang
Jumlah Siswa Putri 1.503 orang
Guru dan Pegawai 203 orang

Pengumuman Terbaru

  • Edaran PTS I 2024/2025
  • Jadwal PTS I Tahun Ajaran 2024/2025
  • Brosur PPDB 2024

Berita Terkini

Evaluasi Dan Perencanaan Tahunan Program Madrasah, Kamad: Ada Progress Menuju Lebih Baik
Apel Akhir Tahun Dan Penerimaan Rapot, Bidang Kesiswaan Sampaikan Beberapa Hal Penting
Penerimaan Rapor PAT, Kepala Madrasah Ingatkan Siswa Untuk Bermuhasabah Setelah Melakukan Pembelajaran Selama Satu Tahun
Dalam Rapat Kenaikan, Pimpinan Madrasah Tekankan Hal Ini
Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

Gallery

  • Album(4)
  • Video(25)

Link Pendidikan

  • UNIVERSITAS AL AZHAR
  • KEMENAG RI
  • PENDIS KEMENAG RI
  • PP BAHRUL ULUM

Tentang Kami

Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan pada tahun 1953 oleh KH Abdul Fattah Hasyim. Madrasah ini menjalankan kurikulum 70% pelajaran Salaf Pesantren dan 30% pelajaran Kurikulum Nasional. Siswa Madrasah Muallimin Muallimat mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) bagi siswa kelas 3, dan mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Aliyah (MA) bagi siswa kelas 6.

Profil
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Sambutan Kepala Madrasah
  • Struktur Personalia Organisasi
  • Jenjang Belajar Dan Ijazah
  • Data Guru
Alamat

Jl. Tanjung, dusun Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur, Indonesia

Copyright © 2025 All rights reserved | mualliminenamtahun.net