Oleh :Abdur Rouf Hasbullah
Sejenak penulis mencoba mengangkat tema ini tidak lain dengan harapan dalam madrasah yang kami cintai ini mungkin perlu untuk mengembalikan kembali kewajiban kita sebagai stakeholder di madrasah ini, baik kita sebagai guru, tenaga kependidikan, maupun sebagai siswa. Arti dari Tri Dharma sendiri yakni tiga kewajiban yang sangat familiar di tingkatan Perguruan Tinggi yakni berupa Pendidikan, Pengabdian dan Penelitian yang mana seorang Pendidik/Dosen diwajibkan untuk memanifestasikan Tri Dharma tersebut dengan baik.
Oleh karena itu, penulis mencoba dan berharap adanya proses meng-internalisasi-kan Tri Dharma tersebut dalam Madrasah Muallimin Muallimat (MMA) ini. Karena jika dilihat dari mulai kurikulum sampai tenaga pengajarnya hampir semua nya mempunyai level sejajar dengan Perguruan Tinggi bahkan mungkin lebih dari itu. Bahkan penulis merasa lebih berat ketika mengajar di MMA di banding Perguruan Tinggi. Citra mahasiswa yang serupa dengan siswa MMA yang Tawadlu dan mempunyai daya kritis ini belum kami temukan banyak di tingkatan Perguruan Tinggi.
Selama ini, Tri Dharma itu sendiri sudah cukup baik diterapkan oleh para Stakeholder Madrasah. Namun kami perlu untuk mencoba reorientasikannya. Setidaknya penulis meminjam singkatan MMA itu sendiri dari makna Tri Dharma yakni (M = Mengajar, M = Mengabdi, A = Aktif berkarya). Penulis melihat bagaimana para Dewan Guru di MMA terlihat begitu ikhlas dalam mengajar. Disamping itu hampir Mayoritas dewan Guru tidak hanya mengabdikan di Madrasah juga di Masyarakat dan di Organisasi-organisasi Keagamaan. Dan yang saat ini patut penulis apresisasi yakni mulai munculnya karya-karya dari para Dewan Guru.
Sementara jika Tri Dharma itu dilihat dari posisi siswa yakni MMA (M = Membaca, M = Menghafal, A = Aktif Berkarya). Maka seharusnya siswa Muallimin Muallimat bisa lebih mengenal culture pembelajaran di MMA yang lebih menekankan bagaimana siswa kita di MMA ini lebih mandiri dalam membaca dan mutholaah setiap pelajaran yang telah diajarkan di Madrasah. Bahkan penulis merasakan selama belajar di MMA jarang ada tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari Guru, dan ini memberikan dampak positif yang cukup besar karena menurut penulis hal itu memberikan banyak kelonggaran dan keluwesan siswa untuk lebih mandiri dalam belajar. Bahkan jika dalam dunia pendidikan ada istilah Hidden Curriculum yakni materi-materi yang disusun oleh murid itu sendiri dalam meraih keberhasilan.
Selanjutnya dalam menghafal, mungkin saat ini perlu diberikan pemahaman kepada siswa MMA bahwa menghafal merupakan salah satu metode selain untuk menguasai mata pelajaran diluar kepala juga dalam rangka mengasah dan mencerdaskan otak kita. Bahkan menurut penulis ranah menghafal ini juga diterapkan tidak hanya alfiyah tapi juga di mata pelajaran seperti qowaid Fiqhiyyah, Hadits meskipun hanya beberapa yang mungkin menurut penulis itu sangat penting dan urgen dibutuhkan.
Tri Dharma yang cukup menarik kita bahas saat ini yakni begitu geliatnya para Guru maupun murid dalam Menulis (Aktif Berkarya) dan ini diwadahi dalam Pustaka MMA. Ruh Thoriqoh Kitabiyyah ini semestinya kita terus giatkan terutama dari unsur Guru. Karena sejatinya baik mengajar, mengabdi di masyarakat, dan aktif menulis merupakan rangkaian tashorruf al-ilmi dengan konteks pendekatan dakwah dalam obyek yang berbeda. Tentu mungkin ini perlu ghirroh yang cukup besar akan tetapi penulis melihat kesempatan ini ada dan sangat mungkin untuk dilakukan. Bahkan penulis sendiri perlu hampir 7 tahun untuk membuat metode ABAJADUN dalam rangka mempermudah siswa dalam menulis tulisan Arab. Dan alhamdulillah metode ini kemudian kami ajukan menjadi Hak Cipta Ilmiah di Kemenkumham tahun 2021 serta sempat menjadi salah satu Judul dalam Tesis salah satu mahasiswa di IAI Tribakti Lirboyo Kediri.
Terakhir jika Tri Dharma itu dilihat dari sisi Tenaga Kependidikan yakni M = Melayani, M = Mengabdi, A = Aktif Berkarya. Pertama dengan membangun Service Quality menjadi prioritas utama bagi tenaga kependidikan tentu dalam rangka untuk memberikan pelayanan terbaik bagi dewan guru, siswa maupun wali murid. Tidak lain agar mereka merasakan kepuasan dalam sisi pelayanan akademik karena ini menjadi salah satu indikator maju dan mundurnya sebuah lembaga. Tentu harus dilanjutkan dengan mengabdi secara totalitas yakni tidak cukup sekedar menyelesaikan tugas dan tupoksi yang ada, akan tetapi tentu bagaimana hasil tugasnya itu juga berkualitas dan disertai dengan berorientasi dalam setiap tugasnya semata demi kemajuan Madrasah itu sendiri. Dan disaat Pandemi ini, penulis melihat bagaimana Tenaga Kependidikan MMA aktif dalam berkarya yang mana dalam hal ini adalah membuat sistem informasi yang cukup efektif dan transparan sehingga dalam proses komunikasi maupun urusan administrasi baik dengan Guru, siswa maupun wali murid mampu berjalan cukup baik. Sinergitas dan solidaritas ketiga stakeholder ini sangat diperlukan sehingga nantinya akan mampu mewujudkan Generasi-generasi muslim yang kaffah bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.