Sebutan lazim yang digunakan orang orang untuk menunjuk salah satu pesantren di daerah pesisir Rembang, Jawa Tengah. Nama pesantrennya sendiri adalah al-Anwar, yang pada mulanya adalah sebuah kelompok pengajian yang dirintis oleh K.H. Ahmad Syuaib dan K.H. Zubair Dahlan.
Dalam perkembangannya kedua perintis itu mendirikan tiga kompleks bangunan. Salah satu kompleks tumbuh dengan pesat dan pada tahun 1967 dikembangkan menjadi PP al-Anwar oleh KH Maimun Zubair, putra KH Zubair Dahlan.
Sistem pendidikan yang diterapkan di Pesantren al-Anwar adalah sistem salafiyah. Para santri diwajibkan mengikuti pengajian para Masyayikh atau ustadz dengan model bandongan (bersama-sama) maupun sorogan (individual). Mereka juga diharuskan mengikuti pendidikan Muhadloroh atau Madrasah Ghozaliyyah, sampai tingkat Aliyah, lalu melanjutkan ke ma’had ‘aly dengan jenjang pendidikan dua tahun.
Kegiatan lain yang juga harus diikuti santri adalah Mudzakaroh (pembahasan secara mendalam pada kitab yang dikaji serta penerapannya pada berbagai permasalahan),yang meliputi Mudzakaroh Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Ibnu ‘Aqil, A-ljauharul Maknun, dan lain-lain.
Pesantren al-Anwar I berada di Desa Karangmangu, Sarang, sedangkan al-Anwar II terletak di Dusun Kalipang, Gondangrejo, Sarang, kurang lebih 3 km dari Desa Karangmangu ke arah barat.
Di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, pada 15 september 2003 PP al-Anwar mendirikan MTs al-Anwar menyusul Madrasah Aliyah al-Anwar yang dibangun 3 tahun kemudian, dan pada tahun 2007 jumlah santri al-Anwar mencapai lebih dari 2.000 orang. Mereka berasal dari berbagai penjuru di Indonesia, seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Lampung, bahkan Papua. Mereka juga berasal dari berbagai latar belakang pendidikan mulai dari SD/MI, SLTP, SMA, sampai sarjana.
Meskipun telah berkembang sedemikian pesat, pesantren al-Anwar tidak mengubah karakter salafiyah yang dimilikinya. Dengan menjadikan pengajaran salaf sebagai pondasi, Pesantren al-Anwar juga membuka diri dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan lain.