Membahas tentang pendidikan, selalu ada hal menarik yang mencuat dan menjadi topik hangat di kalangan umum. Konsep mengenai pendidikan merupakan sebuah polemik yang tak akan kunjung habis.
Menurut Wikipedia, yang dimaksud dengan pendidikan ialah usaha dasar terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajarannya agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat berlandaskan undang-undang. Dari pengertian terserbut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan secara garis besar ialah mengembangkan kemampuan anak mengenai kehidupan agar dapat terjun ke masyarakat. Maka dari itu, pendidikan memegang peran penting dalam proses pembangunan yang berkelanjutan untuk bangsa dan negara.
Di madrasah kita sendiri menerapkan sistem pendidikan yang unik dengan alokasi waktu KBM hanya 5 jam. Hal ini sangat berbeda dari kebanyakan sekolah lain yang menerapkan sistem sekolah 7 jam atau bahkan 8 jam-yang juga disebut “full day school”. Sistem full day school berarti siswa menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah dibandingkan dengan sekolah tradisional yang hanya berlangsung setengah hari. Sistem ini pertama kali digagas oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Muhadjir Effendy di tahun 2016. Tujuannya membuat anak memiliki kegiatan di sekolah dibandingkan berada sendirian di rumah ketika orang tua mereka masih bekerja.
Akan tetapi sistem full day school sendiri menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat luas, khususnya orang tua dan siswa. Banyak dari mereka yang mengeluhkan sistem full day karena dianggap membebani siswa, terlebih lagi siswa sekolah dasar yang seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Beberapa alasan lain mengapa sistem full day school menuai kontra adalah:
1. Kepadatan waktu
2. Anak-anak merasa lelah dan kurang konsentrasi pada akhir hari yang dapat mempengaruhi efesiensi pembelajaran
3. Kurangnya waktu luang
4. Kurangnya waktu untuk kegiatan luar sekolah
Terlepas dari kontra yang menyertainya, sistem full day school memiliki keunggulan antara lain:
1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dimana guru memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengajarkan materi secara detail atau lebih mendalam sehingga siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik dan menguasai materi pelajaran secara lebih efektif
2. Sebagai peluang pengembangan diri pada kegiatan ekstrakulikuler
3. Pengawasan lebih intensif oleh guru dan tenaga kependidikan yang dapat mengurangi kemungkinan perilaku negatif dan mendorong perilaku positif di lingkungan sekolah
4. Belajar yang konsisten
5. Memberikan kemudahan bagi orang tua yang sibuk bekerja
Asesment Open Ended Question
Asesment berbasis open ended question (OEQ) merupakan salah satu sistem evaluasi dalam rangka mengukur keterampilan atau pengetahuan siswa yang dirupakan dalam bentuk pertanyaan bebas dan memungkinkan responden menjawab dengan open ended (jawaban yang terbuka). Awal mula, sistem ini ramai diperbincangkan oleh salah satu generasi milenial Indonesia yang tersohor, yakni Maudy Ayunda ketika tengah diwawancarai oleh kanal youtube Felicia Tjiasaka. Dengan gamblang, istri dari Jessei Choi itu mengungkapkan andaikata ia menjadi menteri pendidikan, maka hal pertama yang ia lakukan adalah mengubah asesment yang awalnya multipelchoice (pilihan ganda) menjadi open ended qustion (soal esai). Aktivis lulusan Universitas Stanford tersebut menyadarkan kembali pentingnya open mindedness (keterbukaan pemikiran) dan keberanian untuk menyuarakan gagasan inovatif yang kontekstual.
Open mindness merupakan kemampuan untuk berpikir secara terbuka terhadap berbagai macam ide, gagasan, informasi, maupun argumen. Kemampuan ini akan membantu seseorang untuk berpikir kritis, rasional dalam menemukan solusi atau pemecahan masalah yang tepat. Dan keterbukaan berpikir seorang siswa salah satunya ditentukan oleh bagaimana cara guru mengajar. Karena ketidakberhasilan dalam pembelajaran adalah ketika output yang didapat oleh siswa berupa pengulangan gagasan dari guru atau buku yang bisa kita sebut dengan memorizing (hafalan).
Open mindedness dan keberanian dalam menyuarakan pendapat merupakan modal utama kita sebagai generasi milenial yang memiliki peran penting dalam mewujudkan more developed country (negara yang lebih maju). Seorang siswa harus memiliki talenta untuk menjelajahi pendekatan-pendekatan inovatif dan mendedikasikan tenaga serta pikiran agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap suatu masalah. Terutama peran santri, dimana kelak mereka akan berkiprah ditengah-tengah masyarakat, meneruskan perjuangan para ulama’ serta masyayikh untuk tetap menegakkan syari’at Islam. Apalagi di era derasnya arus globalisasi seperti saat ini, banyak sekali permasalahan permasalahan kontemporer yang menyebabkan eksistensi santri amat dibutuhkan.
Dalam hal ini, asesment open ended question memiliki peranan penting dalam mengasah mental siswa agar berpikir lebih luas. Sistem ini memberikan kemerdekaan dalam otak untuk berdialektika dengan dunia global, menerima berbagai informasi yang berkembang pesat dengan prospek yang berbeda. Selain itu, OEQ juga lebih mampu untuk memberikan wawasan atau informasi yang nyata dan kaya akan data kualitatif.
Lalu, bagaimana dengan Multiple choice questions (soal pilihan ganda)?
Soal pilihan ganda tidak mampu mewakilkan apakah peserta didik mampu menguasai unit kompetensial atau tidak. Bahkan terkadang soal pilihan ganda hanya dijawab dengan modal tembang dolanan cap cip cup saja tanpa menganalis soal terlebih dahulu. Padahal, penilaian seorang guru terhadap murid ialah bagaimana penerapan seorang murid dalam menganalisis suatu masalah berdasarkan materi yang telah diajarkan bukan seberapa hafal seorang murid terhadap materi yang dipaparkan.
Partisipasi Madrasah Muallimat Muallimat dalam asesment berbasis open ended question dan ketidaksertaannnya mengikuti sistem full day berdampak pada kondisi siswa yang tidak merasa terkekang (terpaksa) untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pemikiran A. S. Neill yang menekankan pentingnya kebebasan belajar pada anak didik. Menurut Neill, hanya belajar dengan sukarela lah yang bernilai. (Fifty modern thinkers on education)
Dengan adanya 2 hal tadi (open ended & no full day school) telah memberikan gambaran secara gamblang mengenai metode pendidikan MMA dari sudut pandang ilmiah. Madrasah Muallimin Muallimat bukan hanya sekedar sekolah berbasis kepesantrenan dengan kurikulum salaf seperti yang dikenal oleh masyarakat luas. Disamping itu, sekolah yang berdiri pada tahun 1953 itu juga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Sumber :
CNN. Indonesia
Semarang, Binus
Wikipedia.com
Kompasiana.com
Oleh: Muakkidah Oktavia dan Hayza Ma’alinnajla