Muallimin Online,
Suara gemuruh terjadi di ruang kelas 2A3 dan 2A1, tidak seperti biasanya. Saat itu, jam pelajran pertama-keempat, Kamis (14/02), siswa duduk berkelompok 7-8 orang. Suara yang keluar terdengar bergemuruh, karena setiap kelompok berdiskusi. Semua dilakukan dengan santai dan tekun. Mereka membahas kitab (musyawarah kitab) Fiqh yang selama ini dipelajari, kitab Manhajut Thullab. Kitab yang cukup berat bagi mereka. Tetapi jika kitab ini bisa dikuasai dengan baik, maka kitab sejenis yang model penulisannya lebih runut akan mudah dibaca dan pelajari.
Musyawarah kitab Fiqh ini dilakukan di jam-jam pelajaran yang masih tersisa, dimana batas pelajaran dalam satu mid semester sudah dilewati.
Dalam musyawarah kitab ini, panduan pembahasannya adalah, pertama salah satu siswa yang menjadi anggota kelompok, membaca satu-dua baris. Jika bacaannya ada yang salah bisa dibenarkan oleh siswa lain.
Kedua, membahas Nahwu-nya. Dalam membahas Nahwunya, kelompok membahas per kalimat/kata. Pertanyaan yang menjadi panduan adalah: kalimat/kata apa? Kedududukan kalimat tersebut sebagai apa? Mahal i'robnya apa? Tanda/alamatnya apa, dan kenapa menggunakan tanda/alamat tersebut. Ditambahi apa dalil dalam Alfiyah Ibn Malik.
Jika dalam bahasan kedua tentang perubahan akhir kalimat/kata, maka selanjutnya dalam bahasan ketiga yang dibicarakan adalah perubahan kalimat. Pembahasan ketiga adalah tentang Shorof-nya. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah: kalimat apa? Jika kalimat Ism. Ism apa? Jika fiil, apa? jika huruf apa? Kemudian di tasrif bareng-bareng, baik ishtilahy maupun lughowy.
Sedangkan prmbahasan keempat, siswa membahas pengertian dari kalimat/jumlah yang telah dibaca dan dibahas di atas.
Dari proses yang berjalan, terlihat siswa cukup aktif dan antusias. Hal ini karena, memang musyawarah itu, apalagi diselingi dengan sedikit humor dan canda akan sangat menyenangkan. Karena setiap siswa juga bisa menyampaikan apa yang selama ini diketahui.
Menurut salah satu siswa, Abdillah Adhim, belajar dengan musyawarah sangat efektif dan menyenangkan. Hal ini juga diakui siswa lain, Deny Setia Putra, bahwa, dengan bermusyawarah bisa menyampaikan unek-unek kita. "Disamping itu kita bisa mempraktekkan pelajaran Nahwu dan Shorof," katanya ringkas. (ma)