Muallimin Online,
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa, santri dan kitab kuning adalah satu kesatuan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, dikarenakan setiap harinya, seorang santri selalu bergelut dengan kitab kuning.
Namun, bagaimana kondisi santri saat ini dalam bidang kemampuan membaca kitab kuning?
Banyak sekali santri yang sudah paham dengan kitab kuning, namun di sisi lain, masih banyak santri yang belum bisa memahami kitab kuning, bahkan mereka belum memiliki kesadaran untuk memahaminya.
Menurut Ning Lum'atul Choirot, salah satu guru Madrasah Muallimin Muallimat, bahwa untuk mengembangkan maharoh (kemampuan) membaca kitab kuning itu harus terus dibiasakan, karena dengan hal itu santri bisa terbantu untuk memahami kitab kuning ketika dalam situasi apapun. Seperti ketika ujian, ketika mencari referensi dan lain-lain.
Sedangkan menurut KH Syuhada' Syarkun, penguji Ujian Akhir Baca Kitab dan guru senior PP Tebuireng Jombang, untuk memahami kitab kuning, santri harus memahami terlebih dahulu kaidah-kaidah nahwu dan shorof. Menurutnya, kemampuan membaca kitab kuning sangat dibutuhkan santri, salah satunya untuk mempertahankan faham Ahlu Sunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyyah.
Bagi para santri yang bermukim di pondok, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan fasilitas yang telah diberikan oleh pondok, seperti Madrasah Diniyah, Bahtsul Masail, Musyawarah dan lain sebagainya.
Dan untuk santri yang bermukim di rumah dapat mengikuti ngaji di pondok setempat, bertanya dan berdiskusi dengan santri lain, dan mereka dapat mengikuti ngaji yang diadakan oleh guru madrasah yang bertempat di rumahnya.
Lantas bagaimana dengan para santri yang tidak memperdalam kemampuan membaca kitab kuning? Bagaimana cara ia dalam mempertahankan faham Ahlu Sunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyyah?
Menurut Kiai Syuhada' Syarkun, hal tersebut boleh saja, namun tetap berkiprah dalam bidangnya namun tetapi tidak tenggelam dalam bidang tersebut. Maknanya santri tersebut tetap mempertahankan ajaran-ajaran faham Ahlu Sunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyyah.
Penulis: Zayyinatul Mufarrohah (kelas 4F)
Editor: ma