Muallimin Online,
Ujian akhir baca kitab kuning di Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum diselenggarakan sejak lama, semenjak Madrasah ini berdiri. Setiap kali ujian ini dilaksanakan, ketegangan selalu menghinggap di wajah-wajah peserta ujian. Meskipun membaca dan mendalami kitab kuning merupakan hidangan sehari-hari siswa-siswi Muallimin Mualimat. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada pagi ini, Ahad (06/04/2014).
Kegiatan ritual tahunan ini harus ditempuh oleh kelas VI (kelas akhir) sebagai syarat bagi kelulusan ketrampilan dalam membaca kitab kuning. Ujian baca kitab kuning, tidak saja diikuti kelas VI, karena kegiatan ujian baca kitab juga dilakukan bagi seluruh siswa-siswi saat ujian semester akhir untuk menentukan kenaikan kelas. Namun, ujian akhir baca kitab bagi siswa-siswi kelas VI terasa berbeda, karena ini bukti bagi keberhasilan selama menempuh belajar di madrasah. Ritual tahunan butuh persiapan yang cukup matang. Tidak saja dalam dua atau tiga bulan, tetapi sejak masuk menjadi siswa di Madrasah, dimana setiap siswa selalu menekuni dan berupaya agar bisa membaca kitab kuning serta mengkajinya.
Apalagi sejak tahun kemarin (2013), panitia ujian mengundang orang tua atau wali siswa untuk turut menyaksikan anak-anaknya diuji membaca kitab di depan penguji yang terdiri dari para kiyai yang memiliki keilmuan yang cukup mumpuni dalam kajian kitab kuning.
Pada tahun ini, menurut Humasy Madrasah Muallimin Muallimat, Maksum Khudlori, M.Ag, yang didampingi Ketua Panitia Bambang Hariadi, M.Ag, ujian diikuti oleh 189 siswa-siswi. Terdiri dari 97 siswi dan 92 siswa. “Dari sekian siswa-siswi, ujian dibagi ke dalam 12 ruang. 6 ruang untuk putra dan 6 ruang untuk putri, dan setiap ruang terdiri dari dua orang penguji”, kata Maksum.
“Adapun penguji, yaitu para kiyai yang memiliki keahlian dalam kitab yang diujikan, terdiri dari 11 orang penguji tamu dan 13 orang penguji dari Muallimin sendiri”, kata Bambang menambahkan. Lebih jauh dia mengatakan bahwa, penguji tamu diundang dari para pengasuh pondok pesantren, akademisi perguruan tinggi dan alumni. “Penguji tamu tersebut datang dari Surabaya, Lamongan, Sidoarjo dan Jombang sendiri”, terang Bambang.
Sedangkan kitab yang diujikan adalah kitab Tuhfatut Thullab karya Imam Zakariya Al Anshori, mulai dari bab awal sampai bab akhir. Menurut Pak Bambang, setiap siswa-siswi mengambil undian maqro’ (batas yang akan dibaca) sebelum masuk mendapat giliran membaca kitab. “Jadi dalam waktu sekian menit sambil menunggu satu temannya menyelesaikan ujian, siswa-siswi bisa bisa menyiapkan diri”, tambah pak Bambang.
Pemandangan yang cukup menarik adalah, saat anak-nya mendapat giliran membaca kitab di depan dua kiyai penguji, tampak orang tua turut gelisah dan tegang. Karena itu, Ketegangan tampak tidak hanya bagi siswa yang akan diuji, tetapi juga diikuti oleh orang tua siswa.
Menurut salah seorang penguji, KH Wazir Ali, sebenarnya ujian baca kitab seperti ini merupakan kegiatan yang biasa dilakukan di Muallimin Muallimat. “Namun karena ini merupakan ujian akhir, jadi ada sedikit ketegangan, dan ketegangan itu tidak datang dari penguji-nya. Karena penguji-nya ya biasa-biasa saja”, katanya.
“Sebenarnya banyak siswa yang memiliki kemampuan yang cukup, bahkan diatas rata-rata, tetapi entah kenapa siswa jadi nervous. Mungkin juga karena pengujinya. Karena ada juga penguji yang pertanyaannya cukup mendalam”, kata Kiyai Sholeh, penguji lainnya.