Muallimin Online,
Salah satu tradisi santri di pondok pesantren yang terus lestari sejak dahulu sampai saat ini adalah ‘sowan’. Tradisi sowan dilakukan, minimal, saat santri akan masuk pondok pertama kali, dan saat santri akan meninggalkan pondok untuk kembali ke keluarga dan masyarakat (boyongan).
Disamping itu, Sowan juga kerap dilakukan santri yang masih belajar di pondok pesantren, saat akan pulang dan kembali ke pondok pesantren di waktu libur sekolah/pondok, bisa juga pulang karena sakit, atau saat ada keperluan keluarga yang mengharuskan seorang santri untuk pulang ke rumah.
Secara harafiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sowan berarti menghadap/berkunjung kepada orang yang dihormati. Sama seperti dengan makna tersebut, sowan yang dilakukan oleh santri kepada kiyai/guru-nya adalah dalam rangka menghadap kepada orang yang dihormati (kiyai/guru). Ada berbagai keperluan, kenapa seorang santri menghadap kepada kiyai-nya. Yang paling banyak adalah karena alasan ijin akan pulang, atau karena ada persoalan, baik urusan umum atau pribadi. Jika santri tersebut menjadi pengurus pondok atau pengurus organisasi santri, maka persoalan yang akan disampaikan berkaitan dengan persoalan-persoalan bersama (umum) yang ada hubungannya dengan pondok atau organisasi. Namun, tidak sedikit juga santri yang sowan (menghadap) ke kiyai karena urusan-urusan pribadi. Mulai dari masalah sulit mendapatkan jodoh (bagi santri tua), masalah keluarga, sampai pada masalah kehabisan bekal kiriman uang.
Sowan merupakan sarana silaturrahim santri kepada kiyai-nya, yang tidak hanya dilakukan saat santri tersebut masih belajar di pondok pesantren. Tetapi sowan juga dilakukan secara rutin bagi santri yang sudah menjadi alumni. Bahkan ada adagium yang dipegang santri: jika perjalanan hidupnya saat sudah menjadi alumni, banyak tertimpa kesusahan dan cobaan, maka pertanda santri tersebut jarang, bahkan tidak pernah sowan ke kiyai.
Hal ini karena, sangat diyakini di kalangan santri bahwa, di dalam prosesi sowan tidak hanya sekedar seperti prosesi bertamunya seseorang kepada seseorang. Di dalam sowan ada nilai yang dipegang para santri. Nilai tersebut bukan sekedar nilai duniawi, dimana santri memiliki ruang untuk menumpahkan berbagai persoalan duniawi kepada kiyai, dan meminta kiyai untuk bisa memberikan jalan keluar yang terbaik bagi santri tersebut. Di dalam sowan juga tersimpan nilai barokah, yang berarti ziyadatul khair (tambahnya kebaikan). Kebaikan tersebut bukan hanya di dunia, tetapi juga kebaikan di akhirat. Nilai yang kedua inilah yang secara substansial menjadi tujuan dari sowan-nya santri. Sowan yang dilakukan tanpa banyak pembicaraan-pun, mengandung nilai barokah.
Inilah yang menjaga relasi santri dengan kiyai-nya berjalan langgeng, sepanjang umur. Seorang yang pernah “nyantri” kepada seorang kiyai, maka dia akan menjadi santri-nya kiyai tersebut sepanjang hidup. Penghormatan santri, juga tidak hanya kepada kiyai tersebut, tetapi juga kepada putra-putranya dan keluarganya. Bahkan hubungan ini terkadang melampaui hubungan keluarga.
Begitulah makna sowan di kalangan santri. Tidak terkecuali santri di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Khususnya santri yang belajar di Madrasah Muallimin Mualllimat Enam Tahun Bahrul Ulum. Karena itu, sejak Senin-Kamis (01-04/05/2017) ini, siswa-siswi melakukan tradisi sowan ke kiyai, ibu nyai dan guru-guru di lingkungan PP Bahrul Ulum Tambakeras Jombang, antara lain KHM Hasib Wahab, KH Abdul Nashir Fattah, KHM Irfan Sholeh, KH Jamaluddin Ahmad, KH Fadluloh Malik, KH Sulton Abd Hadi dan lain-lain.
Mereka melakukan sowan secara bersama-sama (putra sendiri dan putri sendiri), karena mereka telah menyelesaikan masa belajar enam tahun di Madrasah Muallimin Muallimat dan, sebagaian besar akan meninggalkan PP Bahrul Ulum (boyongan) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau kembali ke rumah.
Untuk mensyukuri kenikmatan yang telah diberikan, karena bisa menempuh belajar secara baik sampai bisa lulus dan menyelesaikan proses belajar selama enam tahun, pada Sabtu (06/05/2017) mereka juga akan melakukan Muwadaah (perspisahan) dengan adik-adik kelasnya dan para guru dan kiyai. (ma)