• madrasatuna.1953@gmail.com
  • 0321-865280 (Putri) / 0321-3083337 (Putra)
  • Home
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Sambutan Kepala Madrasah
    • Struktur Personalia Organisasi
    • Jenjang Belajar Dan Ijazah
    • Data Guru
  • Program
    • Program Strategis 5 Tahun (2023-2028)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2023-2024)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2024-2025)
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Download
  • Kontak

Tawaran Cara Interpretasi Santri (Bagian 1)

  • Home
  • Berita
Artikel Minggu, 09-April-2023 11:46 1620

Oleh: Robi Pebrian, ME (Guru Madrasah Muallimin Muallimat)

Saat datang ke ruangan saya waktu itu, dua orang staf redaksi majalah Kharisma (majalah kebanggaan Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul 'Ulum) membawa kata 'peradaban' seolah menenteng mainan yoyo di tangannya, seperti peradaban itu adalah sesuatu yang bisa ditarik-ulur ke atas dan ke bawah sesuka hati. 

Walaupun apabila melihat sudut pandang bahwa keduanya sama-sama bersifat lentur nan dinamis akhirnya cara mereka menenteng kata 'peradaban' ini menjadi termaafkan.

Saya meyakini bahwa agama Islam, setidaknya nilai dan ajarannya adalah ‘sel yang hidup’, yang berkembang dalam denyut nadi kehidupan manusia. Bukan agama ‘patung’ yang pemahatannya selesai begitu saja ketika Nabi Muhammad Saw wafat ratusan tahun yang lalu. 

Mendudukkan pemahaman seperti ini menjadi sebuah konsensus bersama tentu saja hal yang mustahil, namun setidaknya hal itu yang kemudian membantu saya mengkonfirmasi definisi peradaban menjadi lebih mudah. 

Dalam kitabnya yang tersohor yakni Al Muqaddimah, Ibnu Kholdun mengungkapkan bahwa peradaban adalah Al 'Umron Al Basyariy (naluri kemanusiaan). Artinya setiap manusia memiliki kecenderungan untuk beradab, menyatu dengan warna-warni kehidupan demi keberlangsungan hidupnya. Dulu manusia merasa cukup dengan istilah 4 sehat 5 sempurna guna memenuhi kebutuhan gizinya, namun saat ini ada faktor eksternal lain yang sebagian telah menjadi keharusan seperti review foto/video dan tempat instagramable.

Agar tulisan ini bisa dilanjutkan untuk dibaca dan menjadi lebih kontekstual, mari kita turunkan standar pemahaman kita akan peradaban agama Islam tadi, menjadi pemahaman dalam lingkup yang lebih kecil yakni pesantren. Menurut Abdurrahman Wahid, dengan pola kehidupan yang unik, pesantren mampu bertahan selama berabad-abad untuk mempergunakan nilai-nilai hidupnya sendiri. 

Dalam jangka panjang pesantren berada dalam kedudukan kultural yang relatif lebih kuat daripada masyarakat sekitarnya, kedudukan ini dapat dilihat dari kemampuan pesantren untuk melakukan transformasi total dalam sikap hidup masyarakat sekitarnya, tanpa ia sendiri harus mengorbankan identitas dirinya.

Menurut Yasmadi, pesantren harus memiliki lima elemen pokok yaitu: kiai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab. Kelima elemen tersebut harus bersatu padu agar keberlangsungan pesantren dapat sesuai dengan yang dicita-citakan. Oleh karena mayoritas pembaca tulisan ini adalah santri yang masih tinggal di pesantren, maka saya mencoba memberikan tawaran kepada mereka dalam konteks interpretasi sebuah teks (Al Qur'an, Sunnah dan kitab kuning, bahkan kitab putih) sebagai usaha turut serta mengisi peradaban Islam. 

Tawaran ini juga merespon keresahan yang dulu pernah diutarakan oleh Kiai Nashir (kepala Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul 'Ulum kedelapan) bahwa salah satu di antara tantangan santri saat ini adalah cara mereka dalam memahami dan menarik makna dari sebuah teks, menurut beliau sebenarnya para santri telah mampu mengeja dan membaca teks dengan benar namun belum sampai pada pada tataran pengolahan informasi agar menjadi sebuah kesimpulan yang tepat. 

Berikut ini tawarannya:
Pertama, ibarot an-nash yakni interpretasi teks kepada pengertian yang dikehendaki sesuai dengan apa yang dituturkan langsung oleh teks itu sendiri. Interpretasi semacam ini adalah yang lazim digunakan santri dalam memahami sebuah teks, dalam bahasa yang lebih mudah yakni santri menerjemahkan dengan apa adanya teks tersebut. Cara semacam ini mungkin terlihat efektif namun belum memberikan pemahaman yang utuh sehingga kesimpulan yang didapatkan masih sebatas permukaan saja. Sebagai contoh Firman Allah dalam surat al-Baqarah, ayat 275 berikut ini.

وَاَحَـلَّ اللهُ  الْبَــيْـعَ وَحَـرَّمَ الـرِّبَـا …
Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Dengan menginterpretasi teks ayat tersebut menggunakan cara ibarot an-nash setidaknya ada dua kesimpulan yang didapat yakni bahwa jual beli dan riba adalah dua hal yang berbeda serta pemahaman bahwa jual beli dihalalkan oleh Allah sedangkan riba diharamkan.

(Bersambung)

Bagikan :

Tags

Kitab kuning pondok intepretasi Gus Dur KH Abdul Nashir

Data dan Fakta

Jumlah Rombel 83 Rombel
Jumlah Total Siswa 3.003 orang
Jumlah Siswa Putra 1.500 orang
Jumlah Siswa Putri 1.503 orang
Guru dan Pegawai 203 orang

Pengumuman Terbaru

  • Edaran PTS I 2024/2025
  • Jadwal PTS I Tahun Ajaran 2024/2025
  • Brosur PPDB 2024

Berita Terkini

Evaluasi Dan Perencanaan Tahunan Program Madrasah, Kamad: Ada Progress Menuju Lebih Baik
Apel Akhir Tahun Dan Penerimaan Rapot, Bidang Kesiswaan Sampaikan Beberapa Hal Penting
Penerimaan Rapor PAT, Kepala Madrasah Ingatkan Siswa Untuk Bermuhasabah Setelah Melakukan Pembelajaran Selama Satu Tahun
Dalam Rapat Kenaikan, Pimpinan Madrasah Tekankan Hal Ini
Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

Gallery

  • Album(4)
  • Video(25)

Link Pendidikan

  • UNIVERSITAS AL AZHAR
  • KEMENAG RI
  • PENDIS KEMENAG RI
  • PP BAHRUL ULUM

Tentang Kami

Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan pada tahun 1953 oleh KH Abdul Fattah Hasyim. Madrasah ini menjalankan kurikulum 70% pelajaran Salaf Pesantren dan 30% pelajaran Kurikulum Nasional. Siswa Madrasah Muallimin Muallimat mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) bagi siswa kelas 3, dan mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Aliyah (MA) bagi siswa kelas 6.

Profil
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Sambutan Kepala Madrasah
  • Struktur Personalia Organisasi
  • Jenjang Belajar Dan Ijazah
  • Data Guru
Alamat

Jl. Tanjung, dusun Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur, Indonesia

Copyright © 2025 All rights reserved | mualliminenamtahun.net