Sejarah Bahrul Ulum bagi KH. Imron Rasyadi Malik sangatlah berharga karena di sini (Bahrul Ulum) tempat di mana para tokoh-tokoh serta ‘ulama besar lahir dan sudah tak terhitung banyaknya.
Saat kami memberikan hasil survei lapangan(diagram halaman 1), beliau pun senyum sambil menggelengkan kepala seakan-akan tak percaya dengan hasil survei kami, dan beliaupun tak berani untuk menerimanya secara mentah-mentah dan tetap berfikiran husnudzon kepada para santrinya.
Beliau pun menganggap kemunduran perhatian santri akan sejarah masyayikhnya dikarenakan akhir-akhir ini materi kepesantrenan pun mulai menurun karena tuntutan akan pelajaran umum yang kian meningkat. Akan tetapi hal ini tak dapat dijadikan alasan oleh santri siapapun .
Terlebih sekarang pemikiran sebagian santri yang menganggap bahwasanya mondok hanya dijadikan sampingan saja dan lebih memperioritaskan ilmu umum, padahal hal ini sangatlah keliru karena sesungguhnya niat yang benar bagi santri ketika berangkat dari rumah ialah niat mondok dan mencari ilmu agama walaupun ia memang mencari ilmu umum, hal itu akan datang dengan sendirinya. Kalau kita berangkat dengan niat mencari ilmu umum niscaya yang akan kita dapatkan tak lebih dari yang kita inginkan tadi.
Dan sesungguhnya kita sebagai seorang santri sudah selayaknya untuk menjujung tinggi sejarah masyayikhnya sebagai wujud rasa syukur dan terimakasih atas jasa-jasa beliau semua, terlebih karena sejarah pondok pesantren kita tercinta ini juga turut serta dalam torehan sejarah bangsa indonesia karena di sinilah ORMAS Islam terbesar yakni “NU” di cetuskan atas prakarsa al mukarom KH.WAHAB CHASBULLOH yang berlandaskan syariat Ahli Sunnah wal Jama’ah yang kini sudah mulai digerus oleh kaum WAHABI, maka dari itu sudah sewajibnya kita tunjukan BAHRUL’ULUM di mata nasional dan internasional.
Pada akhir wawancara kami, beliau pun berpesan dan menyitir dari kitab Imrithi yang berarti bahwasanya santri harus meyakini dan percaya serta menaati peraturan pondok.
Sebelum kami berpamitan beliaupun mangaku sangat gembira sekali dengan adanya QODIM sebagai organisasi yang bersifat intelektual dan insyallah akan memunculkan bibit-bibit jurnalis islam yang akan mengharumkan nama BAHRUL ‘ULUM dan INDONESIA nanti serta beliaupun menanti karya-karya lain dari QODIM ke depanya yang bisa menjadi wacana yang baik di kawasan BAHRUL ‘ULUM.