Muallimin Online,
Ilmu yang kita pelajari sesungguhnya adalah untuk memanusiakan manusia. Belajar ilmu bukan untuk semata-mata bisa bekerja, atau hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Kalau hanya untuk bisa bekerja, tidak sulit. Asal melakukan usaha, maka kita sudah bisa mendapatkan pekerjaan.
Demikian disampaikan Prof Dr H. Afif Muhammad, guru besar Fakultas Ushuludin UIN Bandung, saat memberikan ceramah pada Muwadaah Wisuda Purnasiswa Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum, pada Sabtu (05/05).
Agar ilmu bisa menjadikan kita bisa memanusiakan manusia, maka kita tidak boleh bersikap praktis dan pragmatis. “Sekarang kecenderungan orang tua berfikir praktis dan pragmatis. Mereka berharap anak bisa lulus dengan nilai baik, kemudian mendapatkan pekerjaan, selanjutnya bisa menikah, lalu punya rumah dan mobil. Tetapi anak tersebut tidak bisa menghargai orang lain. Di sini ilmu tidak menjadikan seorang manusia sebagai manusia”, terangnya.
“Saya dulu sekolah di MI Tambakberas, saat di MI kelas IV, saya tidak naik ke kelas V, padahal saat sekolah di MINU di rumah saya sudah mengerti tentang kitab, tapi tetap tidak naik. Kemudian saya melanjutkan ke Muallimin sampai satu setengah tahun”, kenangnya.
“Apakah di Muallimin saat ini masih ada yang tidak naik kelas. Kalau masih ada yang tidak naik kelas, berarti masih bagus. Berarti masih menjaga bahwa belajar tidak hanya cukup pinter”, tanyanya serius.
Dengan panjang lebar dia menjelaskam tentang siapa anak pinter? Saat ini yang dikatakan anak pinter adalah anak yang mendapatkan nilai Matematika 8 dan nilai Fisika 9. “Namun ada anak yang sholeh, berakhlak baik, tetapi Matematika mendapat 4 dan Fisika mendapat nilai 3. Pertanyaannya apakah anak tersebut bukan anak yang pintar? Kalau menurut saya dia juga anak yang pintar. Karena dia juatru mampu menjadi manusia”, jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Afif juga menyampaikan tentang ilmu-ilmu langka yang harua diopeni (dijaga). Salah satu ilmu langka yang harua diopeni, menurutnya, adalah ilmu huruf pegon atau huruf Arab Jawi. “Ilmu-ilmu langka saat ini harus ada yang ngopeni (menjaga, red). Kalau tidak, maka ilmu tersebut akan punah. Salah satunya adalah ilmu huruf Arab Pegon atau Arab Jawi. Hal ini sama juga dengan al Quran atau agama, kalau tidak diopeni biaa punah”, terangnya. (ma)