• madrasatuna.1953@gmail.com
  • 0321-865280 (Putri) / 0321-3083337 (Putra)
  • Home
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Sambutan Kepala Madrasah
    • Struktur Personalia Organisasi
    • Jenjang Belajar Dan Ijazah
    • Data Guru
  • Program
    • Program Strategis 5 Tahun (2023-2028)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2023-2024)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2024-2025)
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Download
  • Kontak

PETA PERGERAKAN K.H WAHAB HASBULLAH

  • Home
  • Berita
Berita Madrasah Rabu, 08-Agustus-2012 00:00 6037

Oleh: M. Adlan A.K

K.H Wahab Hasbullah dilahirkan di Desa Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret 1888. Silsilah beliau bertemu dengan silsilah K.H Hasyim Asy’ari pada datuk yang bernama Kiai Shihah. Kiai Wahab memilki beberapa julukan yang didapat pada 1950-an sampai 1965 ketika beliau secara penuh masuk dunia politik. Beliau sering dijuluki sebagai “kiai Nasakom”, “Kiai Orla”, atau “Kiainya Soekarno” karena beliau sempat membawa NU menerima ide Nasakom Soekarno dan sebagai pribadi terkenal dekat dengan Soekarno atau pembelanya Soekarno (Rifai, 2010 : 10).

Perjuangan Kiai Wahab Hasbullah dalam masa kehidupannya sangatlah berkelik. Beliau menjadi “Kiai Politik” NU pertamakali yang berkiprah dengan kurun waktu yang paling lama di pentas perpolitikan nasional. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tiga zaman yang telah dilalui dengan segala perjuangannya, yaitu masa pergerakan hingga merebut kemerdekaan, masa kepemimpinan soekarno, dan masa kepemimpinan Soeharto.

Pergerakkan K.H Wahab Hasbullah sudah dimulai sejak beliau mencari ilmu di makkah. Disana beliau mendirikan SI (Sarekat Islam) cabang makkah. Pada masa pergerakan saat itu, dunia Islam di Indonesia sedang terpanggil untuk ikut melakukan gerakan nasionalis dalam memberikan sumbangsihnya dalam memberikan kemajuan atas bangsanya. K.H Wahab dengan kejeliannya tidak menyia-nyiakan dan meninggalkan pergolakan yang ada di tanah airnya. K.H wahab Hasbullah melihat kepesatan kemajuan SI pada saat itu, maka menjadi sangat tepat untuk beliau memulai perjuangannya. Beliau memang belum bisa untuk turut berpartisipasi didalam negeri, tetapi beliau segera memulai perjuangannya ditempat manapun beliau sedang berpijak.

Sepulang dari melakukan pendidikannya di makkah, K.H Wahab Hasbullah tidak seperti kawan-kawannya yang kebanyakan mendirikan pesantren. Beliau justru memilih menetap di Surabaya. Menurut hemat penulis hal ini didasari oleh keluasan wawasan Kiai Wahab melihat situasi nasional atau bahkan situasi dunia pada saat itu. Hal ini dipaparkan menginat memang pada masa itu Surabaya menjadi kota metropolitan terbesar kedua di Hindia-Belanda yang menjadi pusat masyarakat kosmopolitan dan kawasan perdagangan yan sedang berkembang. Surabaya kala itu juga sedang menjadi pusat dari aktifitas politik tahun 1910-an dengan SI dan ISDV yang terkenal beraliran kiri dan berbagai organisasi lain yang bermarkas besar disana.

Pada saat SI melakukan pergantian kepemimpinan dari H. Samanhudi ke H. Cokroaminoto, SI menjadi lebih menarik. Hal ini karena sosok Cokroaminoto merupakan tokoh yang lebih dikenal secara nasional dan memliki kadar intelektual yang lebih diterima secara luas oleh kalangan pergerakan. Kemudian pada masa ini juga ia mengakomodasi bentuk perjuangan kiri (sosialis) yang memperjuangkan para petani dan buruh melawan kapitalis.

Pengakomodasian ini tentu menjadikan massa mereka terbesar diantara organisasi sosialpolitik masa itu (Pringgodigdo, 1994: 40-41). Hingga pada awal 1920-an Kiai Wahab masih aktif berjuang bersama SI, dan pada masa keemasan SI inilah K.H Wahab Hasbullah mulai perkenalannya dengan beberapa tokoh terkemuka dan pemimpin politik saat itu, seperti H. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, W. Wondoamiseno, Hendrik Sneevliet, Alimin, Muso, Abikusno Tjokrosujono, dan Soekarno, mantan Presiden Republik Indonesia yang pertama (Fealy, 1997: 7).

Selanjutanya, pergerakan K.H Wahab Hasbullah berlanjut dan berkembang pesat, selain memang karena perkenalannya dengan para pemuka, juga karena beliau bisa lebih leluasa karena sudah berada di tanah kelahirannya sendiri. K.H Wahab Hasbullah pun mulai mendirikan organisasi-organisasi kecil yang nantinya menjadi embrio atas kelahiran NU, diantaranya adalah Tashwirul afkar, Nahdlatul wathan dan Nahdlatut Tujjar.

Sejarah juga mecatat bahwa diranah ideologi, Kiai Wahab juga sangat idealis. Hal ini dibuktikan dengan perlawanannya terhadap ideologi Wahabi pada kala itu. Hal ini diawali dengan perjalanannya di organisasi-organisasi tersebut diatas, ditengah-tengah perjalanannya itu beliau mengetahui situasi kelompok Islam modernis berkaitan dengan proses Wahabi di Arab pada waktu itu. Ketika kiai Wahab menilai bahwasannya gerakan wahabi di Arab memberikan angin segar bagi gerakan Islam modernis, beliau menilai seharusnya mereka menghormati persoalan ibadah dan tata pola kalangan Islam tradisional menurut keyakinannya. Dari sini juga beliau menyadari perjuangan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, sehingga beliau memunculkan perjuangan atas kelompok Islam tradisional tersebut agar menjadi kuat dan dapat membendung penetrasi gerakan wahabi di tanah air.

Sebagaimana diketahui bersama, perkembangan dunia internasional, yaitu dengan tampilnya tokoh ibn Sa’ud yang menggantikan kekuatan pemerintah Syarif Hussein di Saudi Arabia, direspons da dipandang umat islam di Indonesia dapat berpengaruh pada akidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Oleh karena itu, eksponen-ksponen dalam Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan, dan Syubban al-Wathon, yang secara substansial adalah satu aliran dalam akidah dan ibadah maupun dalam aspirasi kemasyarakatan, melebur dalam satu ikatan yang beranma Komite Hijaz di bawah kepemimpinan K.H Raden Asnawi dari Kudus, K.H Nawawi dari Pasuruan, K.H Nahrawi dari Malang, K.H Alwi Azis dari Surabaya, dan beberapa ulama lainnya. Harus diakui bahwa komite ini lahir berkat campur tangan K.H Wahab Hasbullah.

Lebih jauh, beliau berinisiatif untuk mengumpulkan beberapa ulama di Surabaya pada 31 Januari 1926 dan memutuskan:
1. Memimpin delegasi ke kongres dunia Islam demi memperjuangkan kepada raja ibn Sa’ud agar hukum menurut empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali) mendapat perlidungan dan kebebasan di wilayah kekuasaannya.

2. Membentuk suatu Jam’iyah bernama Nahdlatul Ulama (NU, Kebangkitan Para Ulama) yang bertujuan menegakkan syari’at Islam yang berhaluan salah satu dari empat mazhab (Masyhuri, 2008: 89) .

Apa sebenarnya gerakan Wahabi sehingga kiai Wahab Hasbullah melakukan perlawanan hingga sampai sedemikian itu? Menurut intelektual muda NU, Nur Khalik Ridwan dalam bukunya, Wahabi adalah ajaran-ajaran yang disandarkan pada Muhammad bin Abdul Wahab. Melalui tokoh Wahab inilah, Islam dijadikan sebagai ajaran yang kaku, radikal, dan membatasi ruang tafsir atas kebenaran kalam Tuhan dengan jalan kekerasan. Salah satu ajaran Wahabi menyebutkan, “Orang-orang saat ini jauh lebih musyrik dari zaman Nabi.” Bagi mereka semua, tindakan yang tidak sesuai dan mencontoh Nabi Muhamad adalah bid’ah, dan bid’ah itu tidak ada yang hasanah dan jelek, semua tercela, tidak ada ruang diskusi, dan wajib diperangi (Ridwan, 2009: 74)

K.H Wahab Hasbullah bisa dikatakan lebih menfokuskan perjuangan di luar pesantren. Namun begitu beliau tetap tidak menafikan perjuangannya dengan pesantren, atau perjuangan melalui pendidikan atau kebudayaan tersebut seperti kiai pada umumnya waktu itu. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan arah perjuangan dan pengorganisasiannya yang lebih banyak bermuatan politis dan menurut penulis sangat nasionalis. Tapi walau begitu kiai Wahab tetap saja bisa dikatakan sebagai sosok yang tak lepas dari tradisi pesantren, seperi ketika beliau hendak mendirikan NU. Walaupun telah banyak kiai besar yang sudah mendukungnya, ketika sang guru Kiai Hasyim Asyari belum merestui, beliau tidak berani mendirikan organisasi tersebut.Namun begitu meski pada awalnya sang guru tidak menyetujui kehadiran NU, setelah NU berdiri bisa dikatakan NUlah yang justru menjadi karya terbesar dan alat perjuangan K.H Wahab Hasbullah yang paling tajam dalam sejarah perjuangannya.

NU sejak awal-awal pendiriannya telah mampu menarik minat rakyat Indonesia. Sejarah menyebutkan tidak lama dari NU berdiri pada 1926, NU hampir-hampir sudah masuk di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tak lepas dari perjuangan Kiai Wahab Hasbullah yang memang melakukan konsulidasi kepada petua-petua di setiap daerah di Indonesia. Sumbangsih NU terhadap Neagara pun tidak tanggung-tanggung. Jelas dan tidak bisa dipungkiri bahwa NU turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini sudah diketahui oleh banyak orang meski ada juga yang benar-bnar tidak tahu atau hanya ‘pura-pura’ tidak tahu. Kita mesti ingat bahwa pernah terdapat sejarah Resolusi jihad yang telah turut membakar kobaran perlawanan tentara Surabaya terhadap sekutu. Resolusi Jihad dilatarbelakangi permintaan dari Soekarno, Hatta dan Panglima Soedirman kepada KH Hasyim Asy’ari, fatwa bagaimana hukumnya membela tanah air. Dari situlah para ulama akhirnya berkumpul dan menghasilkan Resolusi Jihad, yang menemukan momentum yang tepat di Surabaya. Waktu itu sebelum mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy’ari telah mengeluarkan Fatwa Jihad yang berisi tiga hal, yaitu:

1. Hukumnya memerangi orang kafir yang merintangi kepada kemereekaan kita sekarang ini adalah fardhu ain bagi tiap-tiap orang Islam yang mungkin, meskipun fakir;
2. Hukumnya orang yang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotan-komplotannya adalah mati syahid;
3. Hukumnya orang yang memecahkan persatuan kita sekarang ini wajib dibunuh.

Hal tersebut diatas menurut penulis jelas semakin membakar semangat pejuang-pejuang Surabaya yang notabennya adalah muslim dan sangat mungkin kebanyakan diantaranya adalah anggota Nahdltul Ulama itu sendiri. Namun begitu meskipun Resolusi Jihad menjadi rujukan masyarakat dalam melawan penjajah, tapi peran tersebut belum diakui. Dalam buku-buku, pelajaran sejarah tidak disebutkan adanya Resolusi Jihad sehingga jika sejarah tersebut tidak diluruskan, dikhawatirkan nanti menjadi hilang dan samasekali tidak tercatat. Dewasa ini sebenarnya issue inipun cukup merebak dikalangan pemimipin NU. Dalam Soft Lauching Kirab Resolusi Jihad yang diselenggarakan di gedung PBNU Oktober 2011 kemarin, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan akan melakukan upaya agar Resolusi Jihad, yang telah mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya pada tentara sekutu, dalam peristiwa 10 November diakui secara nasional. Meski sampai sekarang usaha akan hal ini belum terlalu nampak, penulis kira sudah menjadi sewajarnya jika kita para generasi penerus Mbah Wahab dan NU turut memperjuankan hal tersebut melalui media yang kita kuasai. Mengingat peran Resolusi Jihad yang sangat signifikan dalam pertempuan 10 November hingga mampu mengusir NICA dari Surabaya.

Dan juga, pantas kiranya jika K.H Wahab Hasbullah sebagai Bapak sekaligus pelopor berdirinya NU mendapatkan juga pelurusan sejarahnya. Menurut pembacaan penulis, K.H Wahab Hasbullah tidak banyak dikenal oleh halayak umum sebagai pejuang ataupun pendiri NU itu sendiri. Selama ini memang yang lebih banyak diperbincangkan dan diakui sebagai pendiri NU adalah Kiai Hasyim Asyari. Para kiai sebenarnya tentu ikhlas, tak peduli jasanya disebut atau tidak, tetapi ini bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk menunjukkan peran NU dan juga K.H Wahab Hasbullah pada bangsa. Pada kelanjutannya, K.H Wahab Hasbullah pun nampaknya sangat pantas mendapat gelar pahlawan nasional. Sebab jika diruntut, beliaulah yang memperjuangkan berdirinya NU, dan NU juga lah yang dulu ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Selain itu, diketahui ataupun tidak mantan rais aam PBNU tersebut, terlibat aktif dalam mendorong dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, termasuk diantaranya keterlibatannya dalam pertempuran 10 November, menjadi salah seorang komandan, dengan markas di Silawan Kerto.

Selain itu, ketika revolusi kemerdekaan Indonesia, Kiai Wahab Hasbullah juga bergabung dalam gerakan gerilya menentang kembalinya kekuasaan Belanda. Ia menyumbangkan hartanya untuk perlengkapan militer, berhubungan dengan unit-unit grilya dan membantu mengkoordinasi rekrutmen-rekrutmen dan pelatihan terhadap santri di Jawa Timur(Fealy, 1997: 14-15).

K.H Wahab Hasullah adalah Kiai dengan segala kegesitan dan keuletannya. Dan sudah menjadi sewajarnya jika menjadikan beliau sebagai teladan kita semua. Selain itu, wajib juga kiranya bagi kita meneruskan segala bentuk perjuangannya. Mempertahankan NU dengan ideologinya ataupun juga meneruskan perlawanan Mbah Wahab terhadap Wahabi yang kini di Indonesia semakin besar keberadaannya.

Bagikan :

Tags

Muallimin Mualimat 6Tahun Tambakberas Jombang K.H WAHAB HASBULLAH

Data dan Fakta

Jumlah Rombel 83 Rombel
Jumlah Total Siswa 3.003 orang
Jumlah Siswa Putra 1.500 orang
Jumlah Siswa Putri 1.503 orang
Guru dan Pegawai 203 orang

Pengumuman Terbaru

  • Edaran PTS I 2024/2025
  • Jadwal PTS I Tahun Ajaran 2024/2025
  • Brosur PPDB 2024

Berita Terkini

Evaluasi Dan Perencanaan Tahunan Program Madrasah, Kamad: Ada Progress Menuju Lebih Baik
Apel Akhir Tahun Dan Penerimaan Rapot, Bidang Kesiswaan Sampaikan Beberapa Hal Penting
Penerimaan Rapor PAT, Kepala Madrasah Ingatkan Siswa Untuk Bermuhasabah Setelah Melakukan Pembelajaran Selama Satu Tahun
Dalam Rapat Kenaikan, Pimpinan Madrasah Tekankan Hal Ini
Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

Gallery

  • Album(4)
  • Video(25)

Link Pendidikan

  • UNIVERSITAS AL AZHAR
  • KEMENAG RI
  • PENDIS KEMENAG RI
  • PP BAHRUL ULUM

Tentang Kami

Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan pada tahun 1953 oleh KH Abdul Fattah Hasyim. Madrasah ini menjalankan kurikulum 70% pelajaran Salaf Pesantren dan 30% pelajaran Kurikulum Nasional. Siswa Madrasah Muallimin Muallimat mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) bagi siswa kelas 3, dan mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Aliyah (MA) bagi siswa kelas 6.

Profil
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Sambutan Kepala Madrasah
  • Struktur Personalia Organisasi
  • Jenjang Belajar Dan Ijazah
  • Data Guru
Alamat

Jl. Tanjung, dusun Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur, Indonesia

Copyright © 2025 All rights reserved | mualliminenamtahun.net