Sekarang ini terjadi pergeseran pemahaman akan istilah Ilmu dan belajar terutama di kalangan pesantren.
Sebagai contoh Ilmu cenderung dipahami sama dengan pengetahuan dalam arti sempit. Yang Semestinya di pahami sebagai wawasan untuk mendukung pendalaman akan Ilmu malah menjadi tujuan dari ilmu itu sendiri.
Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya pembelajaran yang terlalu berorientasi pada nilai dalam bentuk angka-angka yang rawan dimanipulasi, terbukti sampai muncul di kalangan pelajar prinsip yang penting dapat nilai (angka) bagus meski melalui proses yang salah.
Pendidikan yang lebih memperhatikan pada aspek yang bersifat teoritis dan praktis. Pendidikan yang menitikberatkan pada aspek kognitif dan aspek empiris sebagai contoh pendidikan eksakta. Padahal kalau di tengok ke masa lalu bukankah pembelajaran di pesantren lebih menitikberatkan pada aspek pendidikan yang dipahami sebagai satu kesatuan antara bathin dan rasio. Antara Ilmu dan amal yang tercermin dalam kehidupan pesantren itu sendiri?
Sebab Ilmu yang dipahami di pesantren adalah ilmu yang diharapkan dapat merubah perilaku dan jiwa seseorang dalam rangka hubungannya dengan Sang Pencipta dan sesama, demi harapan tercapainya keselamatan dunia dan akhirat.
Sedangkan ilmu yang berkembang sekarang ini lebih menitikberatkan pada aspek kognitif (pengetahuan) saja. Makanya tidak heran jika dikatakan bahwa ilmu pengetahuan sekarang ini mengalami peningkatan secara kuantitatif.
Sedangkan ilmu yang dipahami oleh pesantren mengalami kemunduran dan penurunan seiring dengan semakin sedikit nya Ulama’.
Memang mengenai hal ini sudah di diprediksikan dalam kandungan hadits Nabi SAW.
Namun sebagai bentuk ikhtiar, penting kiranya kita tetap menjaga tradisi yang telah dilakukan oleh Kiyai-kiyai kita dulu sambil terus mengikuti arah perkembangan dengan semakin meningkatkan wawasan kita sebagai sarana pendukung pada keilmuan yang kita maksud.