Oleh: Ahmad Afiq Al Hamidy (kelas 4B)
Waro'a Kulli Adziimin Adzimah
"Dibalik lelaki hebat pasti ada wanita kuat"
Maqolah ini penulis pilih untuk mewakili seluruh isi pikiran penulis yang nantinya akan dituangkan di bawah ini.
Berbicara tentang para lelaki kuat, tak lengkap jika tidak membahas siapa wanita hebat di baliknya. Seperti Pak Habibie dan Ibu Ainun; Pak SBY dan Ibu Ani; Pak Jokowi dan Ibu Iriana; hingga Barack Obama dan Michael Obama.
Begitu juga para lelaki hebat dalam bidang agama (Red, para Kyai) juga tidak luput dari perjuangan para Bu Nyai besar yang ada di baliknya.
Seperti contoh adalah Nyai Lathifah, yang mendukung perjuangan KH Hasbullah Said Tambakberas Jombang. Bu nyai Lathifah adalah wanita asal Tawangsari, Sepanjang, Sidoarjo. Beliau merupakan ibunda pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama, pahlawan nasional, KH Abdul Wahab Hasbullah. Beliau juga merupakan mertua dari KH Bisri Syansuri Denanyar.
Besarnya perjuangan Bu Nyai Lathifah sangat berarti bagi Kyai Hasbullah dalam meneruskan perjuangan pondok pesantren Tambakberas. Mbah Nyai Lathifah tidak diam diri saat melihat suaminya yang kerja keras dan berkorban dengan seluruh harta, tenaga, dan pikirannya untuk syiar Islam lewat pondok pesantren. Mbah Nyai Lathifah juga turut membantu mengurusi, mengajar, dan mendidik santri santri putri.
Mbah Nyai lathifah, seperti Nyai-nyai lainnya juga melakukan riyadhoh/tirakat untuk keberhasilan santri santrinya dengan cara rutin berpuasa sunnah, qiyamul lail dan gemar mengkhatamkan Alquran. Kebiasaan ini juga untuk hrapan nasib baik putra putrinya yang di masa kelak nanti. Laku tirakat ini juga dilanjutkan oleh putra-putra beliau.
Suatu ketika, Mbah Nyai Lathifah bermimpi meminum air laut. Banyak yang menafsirkan mimpi beliau, diantaranya adalah kekuatan dalam kehidupan sehari-hari. Karena meminum air laut itu butuh kekuatan lebih. Terbukti, kekuatan tersebut ada pada diri putra beliau, Kyai Abdul Wahab yang memiliki jiwa yang kuat dan mental yang tegar dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan.
Ketulusan Mbah Nyai Lathifah dalam mendidik para santri, terasa sampai sekarang dimana para dzurriyah beliau, mendidik santri sekarang dengan tulus, ikhlas, penuh kasih sayang, dan lemah lembut.
Nyai Lathifah wafat di tahun 1951, dimakamkan di samping makam suami beliau, Mbah Kyai Hasbullah Said.
Masih dalam lingkungan keluarga Tambakberas, juga ada Mbah Nyai Khodijah, beliau berasal dari Desa Cepoko, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Beliau akrab dipanggil Mbah Den (Raden). Hal ini karena dari jalur ayah, Mbah Khodijah merupakan keturunan bangsawan, yaitu Mbah Imam Asyraf Bin Kyai Muhtar, menantu Kanjeng Jimat, Bupati pertama Nganjuk. Selain memiliki nasab bangsawan, beliau juga memiliki nasab Kyai. Kakek beliau, kyai Muhtar adalah putra pendiri pondok Mojosari, Kyai Ali Imron.
Mbah Den, dalam kehidupan sehari hari sangat sederhana, ahli tarikat, ahli ibadah, qonaah, Istiqomah melayani suami dalam perjuangannya, dan nriman pemberian dari Tuhan. Perilaku yang seperti itulah yang sangat membantu dan mendukung perjuangan Mbah Kyai Hamid Hasbullah. Dengan tanpa gengsi, Mbah Den juga berjualan jajanan tradisional seperti kerupuk, pisang goreng, klanting dan lain lain, yang nantinya akan dijajakan oleh "santri ndalem" beliau guna menambah penghasilan ekonomi dan penghasilan pesantren.
Sifat qonaah dan nriman-nya, beliau tunjukkan saat Mbah Hamid wayuh (menikah lagi) dengan Mbah Nyai Mukminah Sambong. Hal itu ditunjukkan saat Mbah Hamid hendak pergi ke Sambong, Mbah Den dengan besar hati tetap menyiapkan dan melayani kebutuhan suaminya, seperti jubah, sarung, sandal, dan kitab Mbah Hamid.
Sesuai fitrah manusia, satu klai pasti akan muncul rasa kesal saat Mbah Den dimadu. Tetapi, seiring bertambahnya waktu, Mbah Den mulai ikhlas menerima keadaan yang merupakan takdirnya.
Tiap hari, tangan dan lisan Mbah Den tidak lepas dari tasbih dan dari membaca Alquran. Hari harinya disibukkan dengan beribadah, taqorrub Ilallah, dzikir, dan mendidik para santri dalam ketaatan dan kesetiaan kpada suami. Salah satu karomah Mbah Den adalah dapat membedakan tamunya, mana yang dari golongan manusia, mana yang dari golongan malaikat. Suatu ketika, ada "tamu" yang meminta izin masuk ke kamar beliau, tidak lama kemudian, beliau wafat. Tidak lain tidak bukan, tamu tersebut adalah malaikat izroil.
Dari kisah ini, kita bisa mengambil ibrah bahwa, dimana ada laki-laki yang hebat, di situ ada perempuan yang hebat, bahkan bisa lebih hebat. Inilah bukti maqola yang kami tulis di depan terbukti sangat benar.