Muallimin Online,
Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Tambakberas menggunakan metode Yanbu’a dalam menyampaikan mata pelajaran Al-Quran di kelas persiapan 1A. Metode Yanbu’a adalah metode dalam pengajaran baca tulis dan menghafal al-Quran.
Metode Yanbu'a pada awalnya merupakan sebuah metode baca tulis Al-Qur'an yang disusun oleh pengasuh Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Kudus, Jawa Tengah, di antaranya adalah KH. M. Ulin Nuha Arwani, KH. M. Manshur Maskan, dan KH. M. Ulil Albab Arwani. Salah satu tujuan dari disusunnya metode ini adalah untuk menyelaraskan metode baca tulis Al-Qur'an yang telah ada, seperti metode Iqro', metode Qiro'ati, metode Ummi, metode Baghdady, dan lain-lain.
Di Kelas Persiapan 1A Madrasah Muallimin Muallimat, menurut pengajar al-Quran Kelas 1A, Siti Muthoharoh, metode Yanbu’a mulai dipakai pada tahun 2018 sebagai pengganti metode Tartila yang dipakai lebih dulu sejak tahun 2013. Penggunaan metode Tartila sejak tahun tersebut, karena alasan teknis. Karena sejak tahun tersebut, sebenarnya ingin menggunakan metode Yanbu’a.
“Awalnya mau langsung pakai Yanbu’a, tapi karena pada saat itu pengiriman barang (paket) tidak semudah sekarang, dan jarak yang jauh karena harus ambil barang (jilid)-nya di Kudus, akhirnya pakai metode Tartila dulu. Kebetulan saya dulunya juga pakai metode Tartila. Lalu setelah 5 tahun berjalan mulai pakai Yanbu’a sampai sekarang,” ujar Siti Muthohharoh.
Metode Yanbu’a hanya digunakan di kelas 1A, karena siswi kelas 1A rata-rata berasal dari Sekolah Dasar (SD), yang pada umumnya, mereka belum terlalu bisa membaca Al-Quran dengan benar. “Anak-anak yang dari SD itu kadang harakat pun tidak tahu, huruf juga belum paham bagaimana cara bacanya, kalau yang dari MI, ya lumayan, hanya perlu bimbingan, karena itu metode Yanbu’a ini sangat sesuai,” Imbuhnya.
Metode Yanbu’a terdiri dari 7 Jilid, yang seharusnya diajarkan semua sesuai dengan jenjang tahun. Namun karena waktu yang terbatas dan, adanya materi hafalan surat-surat pendek di kelas 1A, biasanya paling banyak hanya bisa menyelesaikan sampai jilid 5 saja.
Menurut Bu Siti, proses mengajar Yanbu’a diawali dengan membaca tawassul dan al-Fatihah bersama sama, lalu guru mencontohkan bacaan pada jilid, kemudian ditirukan oleh para siswa secara bersama-sama satu kelas (seluruhnya). Setelah itu para siswa akan diminta untuk menulis dan menghafal beberapa surat pendek. Pada pertemuan berikutnya, siswi maju untuk membaca secara individual, menyetorkan hafalan dan menyetorkan hasil tulisan.
“Sebenarnya, kalau saya pakai metode klasikal saja 7 jilid itu bisa terselesaikan, tapi kalau tidak ada individualnya saya tidak bisa mengetahui kemampuan para siswa. Kalau bersama-sama kelihatan benar semua. Namun, kalau dilihat satu persatu, kan bisa ketahuan mana yang belum bisa, sekalian saya lihat tulisannya sudah benar apa belum,” jelasnya.
Pada buku panduan Yanbu’a, tidak hanya terdapat materi hafalan surat surat pendek. Namun juga terdapat materi hafalan do’a, niat sholat dan semacamnya. Materi-materi yang terakhir tersebut tidak diajarkan kepada para siswa, karena sudah diajarkan di mata pelajaran yang lain.
Ujian tulis untuk mata pelajaran Al-Quran baru diadakan pada tahun ini (2024. Karena pada tahun-tahun sebelumnya, mata pelajaran Al-Qur’an hanya diujikan dalam bentuk lisan ketika ujian akhir semester, dan nilai pada rapor siswa diambil dari nilai harian ketika siswi maju secara individual untuk membaca jilid (kitab).
Menurut salah satu siswa kelas 1A, Nabila, cara pengajaran al-Quran cukup seru. “Pelajarannya seru! Di akhir pelajaran BU Siti biasanya bertanya, apakah kita sudah faham atau belum, jadi kalau belum faham, kita bisa bertanya kembali,” katanya.
Menurut Bu Siti, tujuan penggunaan metode Yanbu’a di Madrasah Muallimat tidak beda jauh dengan metode lainnya. Metode Yanbu’a digunakan untuk membantu dalam proses pembelajaran membaca Al-Quran. “Semua metode sebenarnya sama, untuk membaca Al-Quran dengan benar. Kita memakai metode ini untuk menyamakan dengan kurikulum di pondok pesantren yang rata-rata sudah memakai metode Yanbu’a. Kalau siswa yang di pondok atau TPQ-nya memakai metode Yanbu’a, kan sangat membantu sekali,” tutupnya.
Penulis: Najma Barnamij (3B4), Farah Zakia (3B2), Zalfaa Izza (3B5)
Editor: Alba