Tujuan pembelajaran Bahasa Arab adalah untuk mencapai kompetensi dalam 4 (empat) elemen pembelajaran Bahasa Arab (M. Zaenuri:2016), yaitu:
1. Istima’ (menyimak)
2. Qira’ah (membaca)
3. Kalam (berbicara)
4. Kitabah (menulis)
Dari empat elemen di atas, keterampilan (maharah) dalam segi “kitabah” memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Kitabah secara bahasa berarti cara menulis, melukis, dan secara terminologis artinya menulis huruf dengan susunan yang jelas sehingga membuat pembaca mengerti (M. Rajab Annajar: 2011), atau secara ringkas bisa dikatakan, menulis adalah berkomunikasi dengan cara mengungkapkan isi pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan (M. Zaenuri:2016).
Di dalam kitabah sendiri ada 3 (tiga) kemahiran yang ingin dicapai:
1. Kemahiran membentuk alfabet
2. Kemahiran dalam mengeja
3. Kemahiran dalam mengarang (insya’).
Dalam tiga kemahiran yang ingin dicapai dalam kitabah di atas, yang paling tinggi adalah kemahiran dalam mengarang (insya’). Karena kemahiran dalam insya’ merupakan kemahiran yang paling sulit dalam membangunnya. Hal ini karena dalam insya’, maharah yang dikembangkan adalah “(1) maharah mengekspresikan pikiran dan, (2) maharah merangkai kata menjadi kalimat yang sempurna”.
Dakam pembelajaran Insya’ sendiri ada dua tingkatan (M. Zaenuri:2016), yaitu:
1. Mengarang Diarahkan (al Insya’ al Muawajjahah)
Mengarahkan dengan arahan adalah menyusun kalimat atau paragrap sederhana dengan bimbingan tertentu berupa pengarahan. Pada tingkatan ini, siswa telah mengenal ejaan dengan banyak kata dan, telah menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah mengenal dan menguasai ilmu alat dalam Bahasa Arab.
Pada tingkatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih kata-kata, tarkib (susunan), dan bentuk- bentuk kebahasaan dalam latihan menulis, tetapi tidak diperbolehkan menulis ungkapan yang lebih tinggi. Hanya menulis satu paragrap atau dua paragrap seputar apa yang telah didengar dan dibaca.
2. Mengarang Bebas (al Insya’ al Hurr)
Mengarang bebas adalah menyusun kalimat atau paragrap tanpa memberikan pengarahan. Tingkatan ini lebih sulit dibandingkan dengan tingkatan sebelumnya.
Karena siswa tidak hanya terampil dalam menyusun benuk huruf, struktur bahasa dan kosa kata, tetapi juga harus mampu menuangkan gagasan terkait masalah yang dibahas.
Dalam mengarang bentuk ini, siswa sudah diajak berfikir tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Ini sudah mulai melibatkan wawasan tentang persoalan masyarakat luas. Jadi, dapat dikatakan inilah karangan yang sesungguhnya. (ma)