Ketrampilan baca kitab, khususnya di Madrasah Muallimin Muallimat (MMA) Bahrul Ulum sudah menjadi bagian integral dari kurikulum Madrasah.
MMA selama ini masih menduduki sebagai madrasah yang cukup ideal bagi pesantren yang ada dalam naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (YPPBU), tentunya sangat menaruh perhatian dalam masalah keterampilan baca kitab.
Namun demikian dalam perkembangannya keterampilan baca kitab di MMA mengalami pasang surut seiring perkembangan zaman.
Sekitar awal tahun 2000-an Madrasah menjadikan baca kitab sebagai mata pelajaran ltersendiri (terpisah dari mata pelajaran nahwu dan shorof), kemudian dihapus tidak lagi menjadi mata pelajaran tersendiri beberapa tahun kemudian. Pernah juga Madrasah mengadakan bimbingan khusus bagi siswa kelas 2A (suswa baru) untuk tingkat SLTP, dan kelas 4 untuk tingkat SLTA, yang semuanya di tempatkan di luar gedung MMA. Sampai pada akhirnya bimbingan baca kitab hanya diperuntukkan bagi kelas akhir (kelas 6), menjelang di selenggarakannya ujian baca kitab. Sebab ujian baca kitab untuk kelas akhir dalam beberapa tahun ini berbeda dari yang dulu-dulu. Karena saat ini ujian baca kitab diselenggarakan dengan menghadirkan wali murid dengan harapan agar mereka lebih mengetahui perkembangan anaknya selama belajar di MMA, terutama mengenai kemampuan membaca kitab secara langsung.
Dari sinilah terlihat bahwa ketrampilan baca kitab bagi siswa MMA sangat di prioritaskan. Sebab dari dulu sampai sekarang ketika ada undangan lomba baca kitab atau Bahtsul Masail, baik dilingkungan YPPBU sendiri maupun di luar PPBU, unsur MMA pasti terlibat didalamnya. Seakan-akan sulit menemukan selain siswa/siswi MMA di lingkungan YPPBU yang dirasa mumpuni dalam ketrampilan membaca kitab.
Meskipun dalam kemampuan baca kitab siswa MMA terlihat mendominasi, namun ada yang menarik dalam sejarahnya (sekitar awal tahun 90-an, antara tahun 1993-1994).
Pada saat itu diselenggarakan lomba antar Madrasah dilingkungan YPPBU sebagai program dari KPM (Keluarga Pelajar Madrasah PPBU). Dalam ajang lomba tersebut delegasi dari MAN (Madrasah Aliyah Negeri) untuk pertama kalinya dalam sejarah, bisa mengalahkan delegasi dari MMA di ajang lomba baca kitab. Setelah diteliti, ditemukan kunci kemenangan delegasi dari MAN. Delegasi tersebut ternyata unggul pada bidang Irobnya (penyebutan kedudukan/mahallul irob dari setiap kalimat yang dibaca dengan menggunakan Bahasa Arab).
Kata sebuah sumber, delegasi dari MAN waktu itu memang pernah mengenyam pendidikan ilmu alat di sebuah Pesantren Putri di Pasuruan, yang mana disana sudah dibiasakan menyebutkan irob suatu kalimat dalam pembelajaran nahwiyah dan shorfiyahnya.
Kemenangan dan prestasi dalam lomba baca kitab, memang bukanlah tujuan dari Madrasah, tapi melalui ajang tersebut kita dapat mengambil pelajaran, bahwa sistem pengajaran ilmu alat khususnya nahwu shorof yang ada di MMA ternyata masih ada kelemahan terutama pada aspek Irobnya. Dapat juga sebagai bahan evaluasi bagi setiap siswa yang dikirim untuk mengikuti lomba baca kitab, agar memiliki bekal yang cukup dalam semua aspek yang dibutuhkan. Sehingga dapat dijadikan tolak ukur dari kemajuan akan capaian pembelajaran ilmu alat yang menjadi titik tekan dan perhatian di Madrasah (MMA).
Menurut hemat penulis, dengan melihat dari peristiwa tersebut, maka sangat perlu untuk terus melatih dan membiasakan siswa dalam menyebutkan irob (mengirob) suatu kalimat sebagai bagian dari metode pembelajaran nahwu shorof di MMA demi menunjang ketrampilan baca kitab. (Rahmat Basuki, S.Pd, Guru MMA Bahrul Ulum Tambakberas)