• madrasatuna.1953@gmail.com
  • 0321-865280 (Putri) / 0321-3083337 (Putra)
  • Home
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Sambutan Kepala Madrasah
    • Struktur Personalia Organisasi
    • Jenjang Belajar Dan Ijazah
    • Data Guru
  • Program
    • Program Strategis 5 Tahun (2023-2028)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2023-2024)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2024-2025)
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Download
  • Kontak

Grand Syeikh Al Azhar, Ahmed Syawqi, dan Syair Kerinduannya kepada Rasulullah SAW

  • Home
  • Berita
Artikel Rabu, 29-November-2023 12:56 2168

Ahmed Syawqi Ali Ahmed Syawqi Beik nama yang diberikan oleh ayahnya dari suku kurdi dan ibunya yang berasal dari keturunan Turkey-Yunani, lahir di distrik Hanafi Kairo pada tanggal 20 Rajab 1287 H bertepatan dengan tanggal 16 Oktober 1868. Ketika dia berumur empat tahun, dia sering mengunjungi toko buku syeikh Saleh, kemudian dia menghafal Sebagian Al-Qur’an dan belajar membaca serta menulis. Umur tujuh tahun dia melanjutkan ke sekolah dasar Al Mubadaydan, disinilah bakat sang penyair diasah karena kejeniusannya dalam belajar, dia mendapatkan beasiswa. Ahmed Syawqi muda melanjutkan pengembaraannya mencari ilmu salah satunya  berguru pada Syeikh Husein Al-Marshofi (W.1889), salah seorang Ulama besar Al-Azhar dan sosok guru bagi para sastrawan dan pemikir Mesir. Karya fenomenal sang guru Ahmed Syawqi tersebut adalah "Al-Wasilah Al-Adabiyyah Ila Al-Ulum Al-Arabiyyah" yang belum lama ini Grand Syeikh Al Azhar Ahmed Ath-Tayyeb meminta percetakan Dar Al-Minhaj untuk menerbitkan ulang buku tersebut, agar menjadi bahan ajar dan referensi bagi pelajar dan peneliti.

Setelah menamatkan belajar di kampung halamannya Ahmed Syawqi melanjutkan studinya ke Paris Prancis. Selama berada di Paris, dia merasa fisiknya berada di Paris tetapi hatinya tetap terikat pada budaya arab dan para penyair besar arab yang dipimpin oleh Al-Mutanabbi. Oleh sebab itu dia mendirikan Egyptian Progress Association semacam asosiasi kebangkitan dan kemajuan bangsa Mesir untuk melawan kolonialisme Inggris. Oleh sebab itu, dia sangat dekat sekali dengan pemimpin Mesir Mustafa Kamal Pasha. Puisi-puisinya bertajuk kebangkitan bangsa Mesir, perlawanan terhadap kolonialisme telah menyebabkan dia diasingkan ke Spanyol tahun 1915.

Selama di pengasingan Ahmed Shawqi berkenalan dan beradaptasi dengan peradaban Andalusia, disamping kemampuannya menggunakan beberapa bahasa dan membiasakan diri dengan sastra Eropa. Ahmed Shawqi sadar akan kondisi yang terjadi di Mesir, sehingga dia terlibat dalam puisi gerakan kerakyatan dan nasional yang mendukung perjuangan rakyat Mesir dari penjajah, Dia lakukan itu dari jauh, dan perasaan sedih yang tersirat dalam puisinya yang ditulis dari negeri tempat pengasingannya yang sangat jauh dari Mesir. Shawqi kembali ke negeri impiannya Mesir pada tahun 1920.

Ahmed Syawqi adalah simbol kebangkitan sastra, seni, sosial-politik Mesir saat itu, karena dia memiliki kepekaan linguistik yang sensitif dan naluri musik yang cemerlang dalam memilih kata-kata yang digabungkan satu dengan yang lain untuk menghasilkan melodi yang membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan. Puisinya memiliki melodi yang murni dan melodi yang indah yang hanya diketahui oleh segelintir orang Arab. penyair paling kuat. Selain itu, dia juga mahir berbahasa Prancis, sehingga ia bisa mengenal sastra, belajar dari seni Paris, dan dipengaruhi oleh para penyair Prancis seperti Moliere dan Racine. Inilah yang tampak dalam beberapa karyanya dan apa yang dia kenalkan pada bangsa Arab dengan menulis drama puisi untuk pertama kalinya. Karena itu Dr. Muhammad Al-Sarbouni mengumpulkan koleksi syair, puisi yang jarang dipublikasikan oleh Ahmed Syawqi ke dalam buku setebal dua jilid yang dinamakan “Al Syawqiyat Al-Majhulun”.

*******

Al Azhar dan Ahmed Syawqi

Para ulama Al-Azhar selain memiliki kedalam keilmuan agama, sebenarnya sebagian besar sangat piawai dan ahli bersyair, hanya saja jarang dipublikasikan. Tidak sedikit yang mengarang Qasaid Madaih (Kasidah Pujian) kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga Qasidah munajat dan do’a. Seperti misalnya Syeikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi (Shohibu al Tafsir al Sya’rawi), Syeikh Hasan Gad, Syeikh Muhammad Abdel Moneim Hafagi, Syeikh Mohamed Ragab Bayoumi, Syeikh Mohamed Abdel Moneim El-Orabi, Syeikh Mohamed Ahmed El-Azzab, Syeikh Prof. Dr. Ahmed Omar Hasyim mantan Rektor Universitas Al Azhar dan masih banyak lagi.

Namun demikian, para ulama Al-Azhar tersebut memberikan perhatian khusus dan tidak jarang mengutip syair-syair karya Ahmed Syawqi. Misalnya Syeikh Abdul Ghani Hindi bercerita bagaimana Syeikh Muhmamad Mutawalli Sya'rawi pernah dawuh di sela-sela pengajiannya : “Jangan sebut Ahmed Syawqi dengan "Rahimahullah", melainkan sebut dengan "Radliyallahu 'Anhu". Kemudian Syeikh Sya’rawi melanjutkan: “Karena tidak ada penyair yang memuji Nabi Muhamamd Saw. seperti Ahmed Syawqi,  Sejak Hassan bin Tsabit, Ka'ab bin Zuheir, Imam Al-Bushiri dan seterusnya sampai hari ini. Selain itu, aku belum pernah mendengar seorangpun yang mampu menjelaskan prinsip Islam hanya dalam satu bait syair, kecuali hanya Ahmed Syawqi.”.

Selain Syeikh Sya’rawi, ada pula Syeikh Al-Imam Al-Azhar lainnya, yang turut memberikan perhatian khusus terhadap syair Ahmed Syawqi, yaitu Syeikh Salim Al-Bisyri. Syeikh Salim-lah yang mensyarahi dan memberikan komentar terhadap Qasidah Nahjul Burdah dalam kitabnya “Wadhu Al-Nahji” sebagai penjelasan bagi orang awam yang kesulitan memahami syair Ahmed Syawqi. Syeikh Salim Al-Bisyri, tokoh yang paling dihormati dan disegani semasa hidupnya sebagai Al-Imam Al-Akbar Syaikhul Al-Azhar.

Dalam acara wawancara televisi nasional Mesir Mantan rektor Universitas Al Azhar Syeikh Prof. Dr. Ahmed Omar Hasyim menceritakan bahwa syair yang ditulis Ahmed Syawqi berjudul Nahjul Burdah berisi tentang pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, Hari-hari terakhir dipenghujung usianya, Ahmed Syawqi mengalami sakit keras. Mendengar kabar tersebut, Grand Syeikh Al Azhar Al-Imam Al-Akbar Syeikh Muhammad bin Ibrahim Al-Ahmadi Al-Dzawahiri As-Syafi'i As-Syadzily (w.1944) datang membesuk Ahmed Syawqi (w.1932). tidak lama kemudian utusannya datang menemui Ahmad Syawqi dan berkata: “Syaikh Al Azhar ingin membesuk anda wahai Ahmed Syawqi”. “Kenapa Syaikh Al Azhar bersusah payah ingin menjengukku?” tidak lama kemudian saat Syaikhul Azhar tiba dan memberikan kabar gembira kepada Ahmed Syawqi; “Aku diutus oleh Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW, beliau mendatangiku melalui mimpi”

“Katakan pada Ahmed Syawqi !!!” Dawuh Rasulullah SAW. “Ana fi Intadzarak” (Aku Menunggumu)

Sambil menahan air mata, Syeikh Prof. Dr. Ahmed Omar Hasyim melanjutkan ceritanya: “Tak lama setelah kabar gembira tersebut disampaikan oleh Syeikh Al-Dzawahiri. Itulah rahasia mengapa Ahmed Syawqi secara tiba-tiba sembuh”. dan beberapa waktu kemudian Ahmed Syawqi wafat, tepat pada tanggal 13 Oktober 1932 M. Pukul 02:00. Sebagaimana diriwayatkan Hasan Husein dalam bukunya Tsulasiyat Al-Burdah tahun 1988. Itulah isyarat bahwa Allah SWT dan Rasulullah SAW Ridha atas pujian-pujian yang ditulis, yang begitu indah tentang Rasulullah SAW. Tak heran jika dalam salah satu syair Ahmed Syawqi menulis: “puisi cintaku kepadamu Ya Rasulullah, laksana pengantin yang dimabuk cinta dan rindu yang menggebu-gebu, alangkah bahagianya mereka jika engkau berkenan menerimanya, maka mahar bagi mereka adalah syafaatmu Ya Rasulullah”.

***

Hadiah Ahmed Syawqi untuk Umi Kulsum

Umi Kulsum sama sekali tidak pernah menyanyikan syair Ahmed Syawqi kecuali setelah empat belas tahun wafatnya Ahmed Syawqi. Menurut berbagai sumber, Suatu ketika Ahmed Syawqi secara tiba-tiba mendatangi konser Umi Kulsum di salah satu pementasannya yang di gelar di hadapan para tokoh pembesar negeri Mesir, setelah agak lama menunggu beberapa saat kemudian Umi Kulsum turun dari panggungnya dan Ahmed Syawqi memberikannya sebuah amplop, seketika Umi Kulsum justru menolak dengan berkata: “La… La…. La… Mustahil, Musy Momkin Abadan” “Innaka Tahnini” “Hadza Eib”. (Tidak.. Tidak.. Mustahil aku terima. Selamanya, Anda menghinaku, ini aib).

Melihat Umi Kulsum, yang mimiknya agak tersinggung, Ahmed Syawqi hanya bergeming, lalu mengatakan : “Buka saja amplop itu !”. Benar saja Ketika Umi Kulsum mengira amplop itu berisi sejumlah uang, ternyata berisi tentang syair-syair Ahmed Syawqi yang secara khusus diberikan kepada Umi Kulsum dengan harapan, kelak suatu saat nanti Umi Kulsum berkenan menyanyikannya.

Alangkah bahagianya Umi Kulsum mendapatkan hadiah berharga dari Ahmed Syawqi seorang tokoh sastrawan modern Arab, pada akhirnya Kompuser Riyad Al-Sunbati menggarap syair tersebut dan digubahnya menjadi lagu, serta baru dirilis tahun 1946 empat belas tahun setelah wafatnya Ahmed Syawqi. Diantaranya berjudul Wulidal Huda (kelahiran Nabi SAW pemberi petunjuk). Nahjul Burdah.

Link Youtube Penjelasan Syeikh Prof. Dr. Ahmed Omar Hasyim Mantan Rektor Universitas Al Azhar: https://www.youtube.com/watch?v=bpIA4mUaXGQ

Link Lagu Nahjul Burdah Umi Kulsum:

https://www.youtube.com/watch?v=svpyyiSmo7Y

Link Lagu Wulidal Huda:

https://www.youtube.com/watch?v=G5w19dC8FpQ

Wallahu a’lam bi al shawab

Tambakberas, 29 November 2023
Penulis: H. Muhyiddin, Lc., MM (Guru Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 6 Tahun Tambakberas Jombang)

Bagikan :

Tags

Muallimin Muallimat Tambak Beras

Data dan Fakta

Jumlah Rombel 83 Rombel
Jumlah Total Siswa 3.003 orang
Jumlah Siswa Putra 1.500 orang
Jumlah Siswa Putri 1.503 orang
Guru dan Pegawai 203 orang

Pengumuman Terbaru

  • Edaran PTS I 2024/2025
  • Jadwal PTS I Tahun Ajaran 2024/2025
  • Brosur PPDB 2024

Berita Terkini

Evaluasi Dan Perencanaan Tahunan Program Madrasah, Kamad: Ada Progress Menuju Lebih Baik
Apel Akhir Tahun Dan Penerimaan Rapot, Bidang Kesiswaan Sampaikan Beberapa Hal Penting
Penerimaan Rapor PAT, Kepala Madrasah Ingatkan Siswa Untuk Bermuhasabah Setelah Melakukan Pembelajaran Selama Satu Tahun
Dalam Rapat Kenaikan, Pimpinan Madrasah Tekankan Hal Ini
Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

Gallery

  • Album(4)
  • Video(25)

Link Pendidikan

  • UNIVERSITAS AL AZHAR
  • KEMENAG RI
  • PENDIS KEMENAG RI
  • PP BAHRUL ULUM

Tentang Kami

Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan pada tahun 1953 oleh KH Abdul Fattah Hasyim. Madrasah ini menjalankan kurikulum 70% pelajaran Salaf Pesantren dan 30% pelajaran Kurikulum Nasional. Siswa Madrasah Muallimin Muallimat mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) bagi siswa kelas 3, dan mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Aliyah (MA) bagi siswa kelas 6.

Profil
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Sambutan Kepala Madrasah
  • Struktur Personalia Organisasi
  • Jenjang Belajar Dan Ijazah
  • Data Guru
Alamat

Jl. Tanjung, dusun Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur, Indonesia

Copyright © 2025 All rights reserved | mualliminenamtahun.net