Oleh: H. Moh Abdulloh Rif'an, Lc (Kepala Madrasah Muallimin Muallimat)
Akal adalah salah satu anugerah yang telah diberikahln Allah kepada manusia. Akal juga yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Karena anugerah itulah, Allah swt memeritahkan manusia untuk senantiasa berpikir menggunakan akal yang mereka punya.
Perintah Allah kepada manusia untuk senantiasa menggunakan akal pikiran kita juga di ejawantahkan dalam bentuk stimulus-stimulus yang ada didalam al-Qur’an. Tidak hanya doktrin melainkan kesemuanya dapat di rasionalisasikan. Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan akan hal itu. Di antaranya:
وَمِن كُلِّ شَیۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَیۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
[Surat Adz-Dzariyat: 49]
Dalam ayat ini Allah Swt menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan. Hal itu agar manusia berfikir dan ingat atas kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.
Allah Swt juga menyebutkan pada ayat-ayat lainnya, sebagai stimulus agar kita mau berfikir secara logis dan melihat fenomena alam di sekitar kita. Diantaranya:
إِنَّ فِی خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّیۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِی تَجۡرِی فِی ٱلۡبَحۡرِ بِمَا یَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ مِن مَّاۤءࣲ فَأَحۡیَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِیهَا مِن كُلِّ دَاۤبَّةࣲ وَتَصۡرِیفِ ٱلرِّیَـٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَیۡنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَعۡقِلُونَ
[Surat Al-Baqarah: 164]
Selain ayat-ayat di atas, Allah Swt mendorong untuk senantiasa menggunakan akal kita dengan cara memberikan Ibroh/pelajaran atas prilaku kaum-kaum di masa lampau.
لَقَدۡ كَانَ فِی قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةࣱ لِّأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِۗ
(Surat: Yusuf, 111)
Allah menyebut orang yang mau mengambil belajaran dari kejadian-kejadian di masa lampau dengan sebutan ulul albab (orang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya).
Dalam menstimulus akal manusia Allah Swt juga menggunakan cara yang unik, yang oleh ulama balaghoh disebut dengan "iltifat", yaitu mengalihkan suatu uslub dalam berbicara pada uslub yang lain. Salah satu contohnya:
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا یَشۡكُرُونَ
[Surat An-Naml: 73]
Dalam ayat tersebut secara bahasa mutakallimnya adalah Rasulullah Muhammad Saw, yang mestinya secara bahasa menggunakan uslub Mlmutakallim, akan tetapi dalam ayat tersebut justru menggunakan uslub mukhatab. Secara tidak langsung hal itu sebagai stimulus agar orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah, merenungkan atas anugerah yang telah diberikan oleh Allah. Dalam keadaan kufurpun Allah masih memberikan kenikmatan kepada mereka.
3 (tiga) point di atas kiranya cukup untuk digunakan sebagai kesimpulan bahwa, al-Quran adalah kitab yang sangat rasional, sehingga kandungannya pun mengajak kita untuk berfikir rasional. Karena itu pula al Quran menjadi kitab pegangan umat Islam yang solihun li kullizzaman wal makan.
Editor: ma